Opini

Wahhabisme dan Urgensi Merawat Indonesia  

PERADABAN.ID – Munculnya Islamofobia di panggung dunia memang tidak bisa lepas dari tindak-tanduk pengaruh wahhabisme. Wahhabi sebagai sebuah ideologi, memiliki peranan penting dalam penyebaran ekslusifisme Islam ke seluruh dunia. Sempitnya visi keislaman wahhabi menjadi lahan subur bagi perkembangan ekstremisme bahkan terorisme.

Wacana tentang wahhabi meskipun sudah cukup banyak riset yang mengkajinya, tetapi masih saja belum bisa secara komprehensif memotret wajah wahhabi yang sebenarnya. Namun Nur Khalik Ridwan melalui buku ini memberikan terobosan historisnan politis dalam menilik wahhabi sebagai sebuah ideologi Islamisme, paham keagamaan dan lainnya.   

Secara genealogis, munculnya Islamofobia di dunia tidak lepas dari pengaruh Wahhabi dengan ekspor ideologi keislaman purifikatifnya. Pada gilirannya wahhabi sebagai gerakan keagamaan konservatif menarik untuk ditelaah secara akademis maupun sosial-historis.

Baca Juga Paras Demografis Baru dan “Rekayasa Ansor”

Aliran keagamaan yang dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab ini telah mengampanyekan paham keagamaan Islam yang rigid dan tekstual. Atas nama purifikasi Islam, Muhammad bin Abdul Wahhab berupaya mengganyang segala kekuatan yang bersebrangan dengannya. Hal-hal yang bertentangan dengan Islam seperti filsafat atau sufisme, harus dipurifikasikan sesuai dengan preseden nabi Muhammad pada zamannya, (Abou el-Fadl, 2005).  

Dalam sejarahnya, Muhammad bin Abdul Wahhab dengan menggandeng Raja Muhammad bin al-Saud pernah berupaya untuk meratakan makam nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, karena seringkali diziarahi oleh para jamaah Haji dan Umroh dari berbagai penjuru dunia tak terkecuali dari jamaah Muslim asal Indonesia. Bagi mereka, ziarah kubur merupakan kegiatan yang bertentangan dengan Sunnah. Akhirnya utusan NU melalui Komite Hijaz kemudian menyelamatkan makam Nabi.  

Baca Juga Shalawat Tertua dari “Path Invader” Nahdlatul Ulama untuk Kemenangan Bangsa Indonesia

Di Indonesia, wahhabi dikenal sebagai pendobrak TBC “Tahayyul, Bid’ah dan Churafat“. Masuknya wahhabi telah banyak mempengaruhi beberapa ormas Islam di Indonesia. Meskipun demikian, saat ini ormas tersebut telah banyak mengalami pergeseran, misalnya Muhammadiyah yang lahir sebagai penggaung TBC dan pendobrak tradisi, sudah tidak bergairah lagi dalam membela pemurnian wahhabisme (hlm. 23). Tetapi di tubuh Muhammadiyah sendiri masih terdapat oknum yang memegang teguh ajaran wahhabisme, meminjam bahasa Abdul Munir Mulkhan, mereka yang disebut sebagai Muhammadiyah rasa Salafi-Wahhabi.      

Hadirnya buku tebal yang ditulis oleh salah satu Cendikiawan NU ini mampu memberikan pencerahan akademis-historis bagi kita untuk membongkar dan meninjau sisi lain dari wajah wahhabi itu sendiri. Wahhabi sebagai sebuah paham memiliki pengaruh yang cukup kuat dan luas, terutama dalam eskpansi terorisme global. Sedangkan sebagai media propaganda, mereka mendirikan lembaga pendidikan dan pesantren-pesantren—yang biasanya diindentikkan dengan Kalangan NU, serta menerbitkan majalah-majalah. 

Selain itu, mereka banyak memberikan beasiswa kepada para pemuda khususnya di Indonesia untuk belajar ke Universitas-Universitas di Arab Saudi dan negara lain yang terafiliasi dengan ideologi wahhabi. Gerakan wahhabi ini cepat menjadi besar karena memiliki basis finansial yang unlimited dari kerajaan Arab Saudi. Dengan doktrinnya, Wahhabi mampu mengakomodir massa untuk melakukan aksi-aksi ekstrimisme yang kemudian berlanjut menjadi terorisme.  

Baca Juga Ansor Digdaya

Dalam memoarnya, berjudul Confesseions of a British Spy to the Middle East, Hempher menggambarkan Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai orang yang berjiwa “sangat tidak stabil”, sangat kasar, berahklak tidak baik, selalu gelisah, congkak serta dungu. Tetapi, tentu saja gambaran ini banyak ditolak oleh para pengikutnya, tidak bisa diterima dan narasi yang bohong ‘majhul‘ (hlm. 232). Hal ini menjelaskan bahwa secara karakter pendiri wahhabi ini tidak mengedepankan moralitas dan akhlakul karimah dalam mendakwahkan ajarannya.        

Untuk memuluskan tujuannya, kelompok wahhabi beberapa kali melakukan upaya mendistorsi terhadap karya-karya ulama. Syaikh Idahram mengatakan, mereka telah banyak menthahrif (menghilangkan kalimat) dalam karya Ulama-ulama, seperti dalam Kitab Riyadus Sholihin, Al-Adzkar, Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah dan lain sebagainya. Bahkan mereka banyak memalsukan karya-karya ulama, kemudian menggantinya dengan karya dari paham mereka sendiri yang justru sangat jauh dari substansi karya sebelumnya.

Baca Juga Memahami Tasyakuran Kemenangan Bangsa Indonesia

Wajah wahhabi di Indonesia saat ini mengalami banyak transformasi. Wajah wahhabi yang sebenarnya cenderung kaku, dan tunggal dalam menafsirkan pesan keagamaan, sudah menjelma menjadi neo-wahhabisme. Tetapi kita tidak bisa membohongi sejarah masa kelam, bahwa lahirnya wahhabi menjadi oase pertumpahan darah di berbagai kawasan di dunia. Wahhabisme ke depan akan menjadi tantangan keberagamaan dan keberagaman pemahaman Islam di Indonesia, untuk itu kita perlu mengetahui secara detail secara akademis-historis tentang penyebaran dakwahnya di Indonesia.  

Wahhabi menjadi suatu tantangan bagi wajah keberagamaan Islam di Indonesia. Untuk itu, mengkajinya merupakan suatu ikhtiar dalam merawat keragaman sebagai cita-cita bersama masyarakat Islam di Indonesia. Islam inklusif menjadi lawan dari propaganda wahhabi. Dengan demikian, buku ini bisa menjadi kamus lengkap bagi kita untuk menelaah lebih jauh sejarah tentang gerakan wahhabi, khususnya di Indonesia.

Wahhabisme merupakan embrio dan corong terorisme global. Dengan segala propagandanya, wahhabi dengan kuasa finansial yang tak terbatas mampu memobilisasi massa untuk dikaderisasi melalui jalan-jalan pendidikan dan dakwah sehingga secara persuasif dapat diterima di masyarakat. Untuk itu, memahami wahhabi merupakan suatu usaha yang baik agar dapat mengajarkan kepada generasi bangsa untuk beragama dengan toleran dan inklusif serta menolak aksi-aksi radikal yang mengatasnamakan agama.

Judul buku: Sejarah Lengkap Wahhabi; Perjalanan Panjang Sejarah, Doktrin, Amaliyah dan Pergulatannya.

Penulis: Nur khalik Ridwan

Penerbit: IRCiSoD, Maret, 2020

Tebal: 833 hlm.   

*Oleh: Ferdiansah, Peneliti The Al-Falah Institute Yogyakarta

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button