Opini

NU Apa Adanya, NU Sak Lawase, Tidak Ada NU “Sak Karepmu”

PERADABAN.ID – Di atas ilmu masih ada akhlak, seharusnya itu yang dikedepankan dalam menyikapi perbedaan atau beda pilihan apapun tak terkecuali di KBNU ataupun di partai politik, kenapa?

Karena bahasa “sak karepmu” tentu bukan bahasa yang pas, bagi yang pernah hidup dan nyantri di Jawa Timur atau Jawa Tengah tentu sangat memahami maksud dari ucapan tidak sopan dari seorang yang bergelar kiai pengasuh pesantren besar.

Ini satu kecelakaan akhlak yang disengaja, apakah beliau sang kiai tidak menyadari bahwa di dalam struktur NU itu banyak para sesepuh NU bahkan gurunya saat dia menjadi santri Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Sak karepmu” kalau di Indonesiakan “Terserah elo!”, atau dalam bahasa Banten-nya “Kumaha Sia”, itu kan tidak biasa diucapkan kaum santri, bolehlah kalau seumuran atau teman sepermainan, bagi saya membahasakan ini untuk struktural NU sangat tidak sopan dan tidak berakhlak.

Tulisan ini untuk sekedar mengingatkan kita semua untuk tidak terlalu sombong dengan keberadaan diri kita saat ini, di mana pun posisi kita, mau di struktural atau di kultural NU, bukan sak karepmu ya, bahasa sak karepmu itu terlalu kasar, apa ya nggak takut kuwalat pada para ulama-ulama, guru-gurunya, wallahu a’lam.

NU ya NU niatkan saja menjadi bagian dari NU, menjadi santrinya para pendiri NU, yang terus belajar dan mengabdi di NU atau di banom-banom NU atau lembaga-lembaga NU.

Jadi butiran debu yang menempel di bendera NU saja kita patut bersyukur, nggak masalah, semoga kita semua minimal terdaftar, diakui atau disamakan, menjadi santri NU-nya Mbah Hasyim Asy’ary saja kita sudah bersyukur alhamdulillah.

Di NU diniati berkhidmah, ngalap berkahnya para kiai NU, dengan riang gembira, gandolan sarunge kiai NU, para ajengan NU, ulama-ulama NU.

Baca Juga Berita dan Informasi Gus Yahya Terbaru

Lah ini ada orang ujug-ujug ngatur-ngatur bikin tulisan NU struktural Sak Karepmu, nggak sopan, nggak santun, seolah-olah paling paham soal NU, struktural, kultural, apa maksudnya, kalau sekedar cari panggung, pengin terkenal, tidak perlu menghadap-hadapkan antara struktural dan kultural, nanti kena batunya baru nyahoo. Tidak perlulah membeda-bedakan, cari panggung boleh tapi jangan ngawur apalagi keblinger.

Berbeda itu boleh tapi sampaikan dengan cara yang lembut, santun, bukan dengan bahasa kasar, apalagi nyuruh orang, atau ada orang ikut campur bukan dengan cara “Sak Karepmu” itu kurang pas, ini sangat disesalkan tidak pantas diucapkan oleh seorang pengasuh pesantren, sehebat apapun beliau rasanya kurang pas dan kurang santun.

Bela-membela itu boleh tapi tentu dengan cara yang baik agar yang lain tambah simpatik. Bukan dengan cara asal beda, dapat panggung teriak ini itu wajib, sak karepmu wes. Bentar lagi mungkin bisa saja ini haram, itu sunah, sana halal. Berpolitik kok ngawur, ndeso pol!

Nikmatilah takdir dengan riang gembira jangan baperan semua harus pakai perhitungan, kalau memang cinta beneran dengan NU, saya mengingatkan terutama diri saya sendiri biar gak terpeleset menggunjing ulama-ulama kita, guru-guru kita, sungguh-sungguh, kita harus yakin.

Kita ada dalam jam’iyah NU saja alhamdulillah, menjadi pengurus itu amanah yang berat, berkhidmah untuk kebaikan bersama, jangan pernah berfikir untuk meminta lebih pada NU.

NU itu ‘mberkahi’, bukankah cinta itu memberi bukan meminta, cinta itu mengikhlaskan bukan mewajibkan. Harusnya begitu ber-NU, jangan mengusik yang baik-baik saja apalagi mencari masalah.

Kita yang butuh NU bukan NU yang butuh kita

Harusnya bersyukur tahun 1998 pasca Reformasi PBNU mendirikan wadah politik untuk kalangan Nahdliyin, tempat dimana aspirasi politik disalurkan tapi tidak ada hukum wajib, karena kesadaran yang akan membesarkan politik NU bukan kewajiban.

Jangan pernah berfikir memaksakan apapun dalam wilayah politik apalagi cuma karena hanya mau memanfaatkan dan pemenuhan hasrat sekelompok orang. Terlalu banyak kerugian yang nantinya didapatkan, biarkan sejalan dengan keadaan, berbagilah secara sehat, sampaikan apa adanya dan yakinlah setiap usaha yang dilakukan akan berbalas kesuksesan dan keberhasilan dengan sendirinya.

Dan ingat, akan jauh lebih baik membangun kesadaran bersama/kolektif dalam politik daripada memaksakan kehendak “Sak Karepmu”.

Baca Juga Sistem Berjenjang Akan Diterapkan di Kaderisasi PBNU

Hal itu sangat membahayakan, apalagi politik takut beda, penyakitnya seringkali muncul ini itu, takut beda hilang kepercayaan pada tim dan pengurusnya, beda pendapat ganti, pecat, apalagi beda pendapatan langsung out tak berbekas.

Contoh kecil, orang mau menikah saja harus saling mengenal dan menyapa dengan baik, hari gini masih mau main paksa, “wojab-wajib.” Apa kekurangan cara, atau kehabisan akal sehat, atau sekedar sensasi tanpa makna.

Tidak perlu dalil yang ndakik-ndakik, seolah-olah hebat tapi ngawur nggak tahu masalah, biasa sajalah, nikmati takdir dengan saling memahami peran dan posisi masing-masing satu sama lain, jangan terlalu besar kepala, sombong, baperan, nanti malah mbledos ambyar kabeh malah repot toh.

Ayo kita bersenandung bersama, bernyanyi bersama, menikmati qosidah dan gambusan, hadrah, sambil ngopi, “rausah ngurusi omongane wong gak paham, ben sak karepmu wes”.

Politik tahu diri ala NU

Berpolitik itu ibadah, bukan sekedar menang kalah, apalagi gagah-gagahan, di situlah yang diajarkan Gus Dur. Walaupun dalam pergaulan politik selalu ada slogan yang seringkali digaungkan.

Dalam politik yang menang adalah benar dengan apapun caranya, halal haram apalagi sak karepmu, gak penting. Kalah adalah salah walaupun benar tapi dalam keseharian sikap tentu tidak bisa seperti itu. Berpolitik tetap harus baik dengan cara yang benar, karena dalam politik ada nilai yang harus dipertahankan, ada harapan yang harus diraih, ada cita-cita yang harus diperjuangkan.

Di situlah politik tahu diri ala NU. Kalau kita mengaku sebagai santri Gus Dur dalam politik tentu kita bisa memahami apa yang diperjuangkan Gus Dur selama ini, demokrasi dan kemanusiaan.

Saya ingin bercerita sedikit, mungkin saya termasuk bagian dari orang yang beruntung yang pernah ikut langsung bersama Gus Dur walaupun tidak begitu lama kurang lebih 5 tahunan dari 2004 pasca Muktamar PKB di Semarang sampai beliau wafat Desember 2009.

Baca Juga Jenis-jenis Ketua Umum Partai

Saya pribadi menjadi sekretarisnya Sekretaris Dewan Syura DPP PKB (H. Muhyiddin Arubusman) sekaligus sering ikut rapat dan menjadi bagian dalam setiap rapat Dewan Syura DPP PKB.

Kenapa saya ikut rapat? Mendapatkan tugas sebagai notulen rapat, tugas saya mencatat, merekam dan menuliskan kembali sebelum menjadi keputusan rapat. Selanjutnya diserahkan kepada Sekretaris Dewan Syura dan para Wakil Ketua Dewan Syura untuk dirumuskan Amanat Ketua Umum Dewan Syura Gus Dur menjadi satu keputusan.

Rapat khusus Dewan Syura dihadiri anghota Dewan Syura yang di dalamnya diisi para ulama, kiai sepuh, tuan guru, kiai khos, dari berbagai daerah di Indonesia yang dipilih dan diminta oleh Gus Dur secara langsung.

Nah, tugas saya sendiri sifatnya membantu secara teknis, menjadi santri ndalem dalam istilah pesantren, melayani kebutuhan para kiai, saya bersyukur bisa banyak mengenal kiai dan ulama apalagi menjadi Santri Gus Dur, minimal pernah dikasih kesempatan ikut membantu orang-orang khusus.

Sekali lagi, alhamdulillah saya merasa sangat bersyukur bisa beberapa kali mendampingi beliau-beliau, para kiai sepuh dan ulama-ulama NU bersama Gus Dur.

Sebenarnya masih banyak cerita dan kisah yang bisa ditulis satu persatu lain kali ingin saya tuliskan cerita-cerita menarik tersebut, mudah-mudahan masih bisa diingat-ingat pelan-pelan, betapa dinamis dan asiknya ber PKB pada zaman Gus Dur.

Sekali lagi salam hormat kami. Salam.

Oleh : Adhe Bagus Said

Related Articles

12 Comments

  1. Wow, ɑweѕome bⅼog ⅼayout! Hߋw long have you been blogging
    fⲟг? you make blogging look easy. The overall look оf your site is magnificent,
    as well as the content!

  2. Y᧐u really make it seem so easy with your presentation but I
    find this matter to be really something which I think I would neveг understand.
    It seems too complex and very brⲟad for me. I’m looking forward for your
    next post, I’ll try to get tһe hang of it!

  3. Goοd post. I learn sometһing new and chaⅼlenging on blogs I stumbleupon еvery day.

    It’s always helpful to read content from other
    authoгs and practice something from otһer sites.

  4. Tһis is very interesting, You’гe a very skilⅼed blogger.
    I have joined your rsѕ feed and look forwaгd tⲟ seeking more of your excellent post.
    Alѕo, Ι’ve ѕhareԁ your web site in my social networks!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button