KH Abdul Chalim, Komunikator Berdirinya NU yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
PERADABAN.ID – KH Abdul Chalim dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) tepat pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2023. Prosesi penganugerahan gelar Pahlawan berlangsung di Istana Merdeka Jakarta pada Jumat (10/11/2023).
KH Abdul Chalim melengkapi catatan 13 tokoh NU yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Peran dan sumbangsihnya bagi NU, masyarakat serta negara menjadi jasa penting kiai yang lahir di Majalengka pada 2 Juni 1898 tersebut.
Saat NU berdiri pada tahun 1926, KH Abdul Chalim menjadi rekan kerja sahabatnya, KH Abdul Wahab Hasbullah. Beliau menjadi Katib Tsani (Sekretaris Kedua) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode pertama.
Baca juga:
- Presiden Jokowi Sebelum Membuka Rakernas BKM: Kok Qobul, Nagkep Saya Nangkep
- Kembali Aktivasi BKM, Presiden Jokowi Apresiasi Menag Yaqut
Karir pendidikannya dimulai dari HIS Cirebon, lalu melanjutkan ke berbagai pesantren seperti Pesantren Trajaya, Pesantren Kedungwuni, dan Pesantren Kempek hingga melanjutkan pendidikan ke Makkah.
Di Makkah itulah, beliau bertemu dengan ulama Nusantara termasuk juga KH Abdul Wahab Hasbullah. Pertemuan ini rupanya terjaga hingga keduanya pulang ke Tanah Air. Bahkan dalam satu cerita dikisahkan, kalau KH Abdul Chamid berjalan kaki untuk menemui sahabatnya, Kiai Wahab.
Oleh Kiai Wahab, KH Abdul Chamid dipercaya mengembangkan Nahdlatul Wathan di Kampung Kawatan VI Surabaya. Selain dari pada itu, sahabat karib tersebut juga aktif di Komite Hijaz yang kemudian menjadi inang lahirnya NU. Dalam proses ini, beliau menjadi komunikator kunci yang menyambungkan kiai dan ulama.
Pada tahun 1942, beliau dihadapkan pada dua tantangan besar, yaitu intervensi Jepang kepada para peuda untuk bergabung dalam pasukan militer Jepang dan kebanggaan para pemuda menjadi komunis.
Sementara di tahun 1944, KH Abdul Chalim menjadi salah satu penasehat Hizbullah, laskar yang menghimpun para santri untuk melawan penjajahan dan merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Kiai sederhana yang wafat pada 12 Juni 1972 itu, juga terlibat dalam pemerintahan seperti menjadi Anggota MPRS dan menjadi anggota DPR dari Partai NU pada tahun 1955.