Opini

Usil yang Positif

PERADABAN.ID – Bukan Kyai NU namanya bila tak punya jurus jitu. Dan jurus itu, punya karakter humor yang kuat untuk membuat siapa yang menyaksikannya terpingkal tertawa. Mari simak cerita ini. Saya ringkas saja.

Ada seorang Kyai diundang ceramah dalam gelaran istimewa. Hadir para tokoh masyarakat dan pejabat. Acaranya memang istimewa. Selain ada ceramah, ternyata juga ada hiburan dangdut. Salah seorang penyanyi kondang waktu itu yang mengisinya.

Kendati lagu-lagu Islami yang dinyanyikan. Tampaknya si penyanyi tidak bisa menahan ‘jiwa’ ngedangdutnya. Dan naluri itu seperti sukar ditahan-tahan. Namanya dangdut, sudah pasti goyang.

Si penyanyi mendekati tokoh-tokoh yang hadir. Menghampiri, membuat pejabat tak punya pilihan menolaknya untuk ikut irama lekukan dangdut sekaligus goyangannya.

Baca Juga Berita dan Informasi Gus Yahya Terbaru

Alhasil, melihat suasana itu, Kyai yang juga duduk sederet di depan bersama mereka, mulai gelisah. Untungnya, seorang panitia yang menghampirnya menyuguhkan minuman.

Lekas Kyai itu memanfaatkan peluang. Beliau bertanya tempat toilet terdekat. Saat panitia menunjukkan dan menawarkan mengantarnya. Kyai menolak dengan tegas. Ia hanya meminta maps toilet terdekat.

Kyai beranjak, lalu jalan ke tempat parkir. Tidak ke toilet. Sopirnya heran. Acara belum selesai dan Kyai sudah mau pulang. “Aku takut diajak njoget.” Jawab Kyai.

Cerita yang saya ilustrasikan di atas ini diambil dari tulisan bertajuk Toilet sebagai Jalan Keluar, tulisan tahun 2017 oleh KH. Yahya Cholil Staquf. Cerita-cerita seperti ini menarik, selain menunjukkan jurus-jurus jitu dan mengundang tawa para pembaca, tapi menunjukkan fakta yang menarik tentang Kyai.

Bisa dikata dilema. Ada yang harus dijaga di tengah situasi yang tidak memungkinkan untuk ditinggalkan. Tanpa harus menyakiti yang lain.

Menyambung cerita di atas, Gus Baha dalam beberapa kutipan di laman sosmed, pernah bercerita ada seorang Kyai menanyakan fatwa tentang rokok. Kyai ini tampaknya seorang perokok berat.

Motif bertanya itu sebenarnya, tidak ingin menambah kekhawatiran dalam dirinya.

Bagi seorang Kyai, mau Kyai papan atas atau kampung, selain merokok apalagi tempat hiburannya. Mau ngedangdut juga kurang enak dan nyaman. Apalagi hiburan ke tempat-tempat yang sudah kita tahu bersama bingkai haramnya. Kira-kira demikian Gus Baha menanggapi.

Nah pertanyaan Kyai tadi itu sudah terbalas dengan tidak menimbulkan rasa khawatir di dalamnya.

Kisah-kisah ringan tapi syarat subtansi di atas, bisa jadi rujukan kita yang awam-awam ini saat berada di tengah situasi yang rumit. Apalagi situasinya biasa-biasa aja.

Baca Juga Ragam Pikir tentang Agama

Sebab terkadang, saat di tengah situasi damai pun, kita aneh-aneh. Entah didorong sifat usil, atau memang karena benci dan dengki.

Ada sebuah podcast di salah satu kanal Youtube terkenal. Biasanya memang selalu bombastis isu-isu yang dibicarakan, sereceh apapun tema yang diangkatnya.

Kebetulan waktu itu, bahasannya tentang LGBT jika tidak keliru. Sontak membuat publik kaget. Ramai di sosial media, geger dunia maya. Benar, tak lama kemudian, video itu hilang dari peredaran.

Menariknya, ada saja orang yang gatel. Memposting gambar, yang isinya salah seorang pejabat dengan pengisi podcast yang sudah hilang itu. Dan parahnya, gambar itu editan. Klarifikasi dari jajarannya sudah muncul di sosial media dan berita online.

Mereka-mereka ini memang usil atau dengki, atau kedua-duanya, penulis juga tidak tahu. Tapi fitnah-fitnah yang demikian sebenarnya sudah tidak baik, karena akan merepotkan diri sendiri, sekaligus menyebarkan kebohongan informasi.

Jika memang tidak suka LGBT, ya tidak suka aja. Jika tidak suka seseorang, jangan kaitkan dengan hal-hal tidak disukai. Apalagi itu menjadi konsentrasi publik.

Hidup tidak perlu diperumit demikian. Jika tidak ada toilet sebagai jalan keluar, jangan jadikan sosmed sebagai ruang fitnah. Hanya semakin memperumit keadaan!

Kalau mau usil, usillah ke hal-hal yang positif. Semisal usil menonton ceramah-cermah Kyai NU yang penuh humor tapi subtansi cermahnya mencerahkan. Selama ini kalian sering menonton ceramah-ceramah yang tegang kan?

Ahmad Bonang Maulana

Penulis lepas. Tulisannya tesebar di ragam media cetak dan online baik nasional dan daerah. Saat ini tinggal di Jakarta.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button