Opini

Hizbullah yang Unhattaistic

PERADABAN.ID – Tidak hanya restu, Hadratus Syaikh juga menyangoni santrinya itu dengan sebuah fatwa Resolusi Jihad dan bertumpuk-tumpuk batalyon pejuang Laskar Hizbullah.

Surabaya adalah simbol heroisme dari sejumput beras yang dilayangkan ke muka Sekutu.

Ia menjadi wilayah yang dibiarkan Soekarno untuk bertanggung jawab atas ulahnya sendiri; membandel dari perintah gencatan senjata.   

Lain dengan Soekarno, arek-arek Suroboyo menilai instruksi itu sebagai sikap menyerah. “Gak Arek Suroboyo Blas!” Mereka pun membalasnya dengan adu mekanik: melawan!

Seruan ‘merdeka atau mati’ dari tenggorokan kering Bung Tomo menjadi seruan patriotik yang terarsip dengan baik di benak arek-arek Suroboyo itu dilakukan setelah ia mengantongi restu dari Hadratusy Syaikh.

Tidak hanya restu, Hadratus Syaikh juga menyangoni santrinya itu dengan sebuah fatwa Resolusi Jihad dan bertumpuk-tumpuk batalyon pejuang Laskar Hizbullah;

“Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardlu ‘ain yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam, Iaki-Iaki, perempuan, anak-anak (bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak Iingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh.”

Agresi Militer II 10 November pecah. Surabaya menjelma jadi rumah donor darah.

Bung Tomo tersudut tapi tetap menyulut. Pasukan merah yang dia kumpulkan dari para jago kampung tidak dibiarkan tertumpas begitu saja.

Hujan milisi di Surabaya tak kunjung reda hingga terbunuhnya Jenderal Mallaby oleh santri Tebuireng bernama Harun.

Mungkin anda juga suka

Sayap Militer

Indonesia dulunya mempunyai the weaponises version of Islam yang direstui negara.

Bukan Gurkha—tentara bayaran Inggris—pimpinan Jenderal Zia Ul Haq yang menolak bertempur dengan arek-arek Suroboyo karena sama-sama berkiblat menghadap Ka’bah. Melainkan Hizbullah.

Bila lembaga pendidikan baru bentukan militer yang paling masyhur adalah Peta 13 Oktober 1943 dengan 37.000 orang, maka lembaga lain yang juga bertumbuh tidak kalah pentingnya.

Sebelas bulan sebelum Agresi Militer II itu, barisan Hizbullah didirikan pada 4 Desember 1944 terutama untuk mempersiapkan aktivis pemuda Islam bagi pertahanan Jawa mendatang.

Kesatuan sukarela khusus Islam itu dinamakan Hizbullah atau Tentara Allah. Mereka dididik dengan wawasan kemiliteran dan doktrin keislaman oleh para kiai yang sebelumnya telah masuk Peta.

Berbeda dengan Peta yang dalam latihannya harus melakukan Seikerei (ritual penghormatan terhadap kaisar Jepang dengan cara membunkukkan badan ke matahari terbit). Laskar Hizbullah di kamp Cibarusa menghadap ke arah barat, kiblat umat Islam, sambil meneriakkan takbir sebanyak tiga kali.

Latihan perdana the weaponises version of Islam ini baru dimulai pada Februari 1945 di Cibarusa di bawah pimpinan Kapten Yanagawa, yang telah memberikan kesan begitu mendalam kepada Seinendojo sebelumnya.

Sebelum revolusi fisik, barisan Hizbullah baru dimulai lebih setahun setelah Peta, dan tidak sempat melatih lebih dari 500 kader.

Seperti dalam Peta, gemblengan diberikan pada disiplin kerohaniaan, dan Yanagawa menaruh kekaguman yang sangat mendalam.

Mungkin anda juga suka

Ketika Hizbullah mulai mencuri perhatian publik, Kiai Wahid mengkhawatirkan posisi Hizbullah yang masih belia ini, Kiai Wahid berkata: “Kita dikejar waktu. Nippon sebenarnya mencurigai tujuan Hizbullah. Yang menyetujui Hizbullah kan cuma kita”.

Dengan dingin dan tanpa basa-basi, Kiai Wahab berbicara: “Biar menderita asal gemblengan jiwanya hebat seperti pemuda-pemuda Ashabul Kahfi, hasil akhir yang maksimal bisa tercapai juga”.

Dengan segala keterbatasan, Hizbullah banyak berlatih dengan senapan kayu maupun bambu runcing sementara Peta bermodal senjata yang cukup. Adapun pemasok terbesar Hizbullah adalah santri, Ansor NU bahkan pemuda Kristen.

“Bagi kami saat itu, urusan agama adalah urusan pribadi dengan Tuhan,” ungkap Makmur (95) petinggi Gereja Kristen di Bogor.

Hizbullah kemudian menjadi potensi milter kekuatan santri, bahkan banyak sumber mengatakan ia menjadi cikal-bakal kekuatan militer Indonesia pertama.

Ketika masa Perdana Menteri Mohamad Hatta, melakukan restrukturisasi dan rasionalisasi Tentara Nasional Indonesia, Hizbullah disingkirkan.

Upaya itu mengharuskan pejuang TNI memiliki memiliki ijazah sekolah. Itulah untuk pertama kali peran orang-orang pesantren di Peta dan Hizbullah habis karena tidak mempunyai ijazah sekolah.

Panglima Hizbullah saat itu KH Zainul Arifin anak dari Sultan Barus bernama Zahid Alampohan; KH Zainul Arifin memilih mengundurkan diri dari Sekretaris pucuk TNI berpangkat Mayor Jenderal karena orang pesantren ditolak.

Di bawah taktik gerilya Komandan Jenderal Sudirman, Kiai Zainul yang memimpin Laskar Hizbullah dalam melakukakn gerakan gerilya di Jawa Timur dan Jawa Tengah pada Agresi Militer I dan II.

Dalam perjalanannya, Yanagawa menilai Hizbullah sebagai sebuah kegagalan, terutama karena ditimbulkan oleh perselisihan di kalangan masyarakat Islam dan berkurangnya antusiasme para atasan Jepang.

Mungkin anda juga suka

Belum sampai besar dan baru berkutat di pertahanan masyarakat Jawa, adapun di luar Jawa, mengamini Yanagawa, mereka justru berulah, Hizbullah sudah dipotong kakinya oleh negara.

Hizbullah bermetamorfosa menjadi sayap milter Masyumi. Sementara Kiai Zainul memilih jalan politik—”untuk memperjuangkan hak kaum pesantren” di gelanggang pucuk kekuasaan Indonesia pada saat itu tapi tidak untuk memperjuangkan Hizbullah sebagai teknokrat pertahanan militer di Indonesia.

Saya membayangkan, Kiai Wahab yang menginginkan Hizbullah sebagai representasi dari Ashabul Kahfi itu bergumam lirih: “Seandainya sejak dulu kalian memperhatikan dengan seksama apa yang saya uraikan. Ah!”

Mungkin Kiai Wahab yang shopisticated itu masih ingin bicara tentang teknokrasi militer NU. Tapi telinga saya sudah tak mampu mendengar gumaman Hatta, karena suara Kiai Wahab terlalu lirih di tengah gebalau suara yang memekakkan: “NKRI harga mati.. NKRI harga mati.. NKRI..”!

Dirgahayu Republik Indonesia!

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button