Jangan Pernah Lelah Mencintai Indonesia!
PERADABAN.ID – Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) yang digagas KH. Abdul Wahab Chasbulloh pada tahun 1924, ibarat peletakan batu pertama dalam pembangunan suatu infrastruktur perjuangan di kalangan pemuda-pemuda Nahdlatul Ulama yang dikemas dalam wujud organisasi kepemudaan dan menjelma menjadi kekuatan besar bangsa Indonesia.
Sebagai wadah perjuangan pemuda NU, Syubbanul Wathan terus memperluas pengaruhnya dengan memperjuangkan legitimasi di tubuh NU. Sempat berganti nama beberapa kali seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU) dan Pemuda NU (PNU).
Saat dinyatakan diterima dan disahkan menjadi bagian (departemen) pemuda NU pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi tanggal 24 April 1934 M/ 10 Muharram 1353 H, berubah nama menjadi Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).
Baca Juga
- Berita dan informasi Gus Yahya terbaru
- Sambut HUT Ke-78 RI, PP GP Ansor Gelar Tasyakur Bertajuk Tahniah Indonesia
Perkembangan ANO terlihat saat Kongres II ANO di Malang. Dalam Kongres II ANO tersebut lahir salah satu keputusan penting yakni didirikannya Barisan Ansor Nahdlatul Oelama (BANOE) di tiap cabang. BANOE inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Barisan Ansor Serbaguna (BANSER).
Atas perkembangannya yang pesat itulah, ANO bersama organisasi pemuda lainnya diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang yang tidak menginginkan munculnya gerakan-gerakan revolusioner yang hendak melakukan perlawanan terhadap penjajahan di Indonesia.
Pada tanggal 14 Desember 1949, atas usulan Moh. Chusaini Tiway yang disambuk baik oleh Menteri Agama RIS saat itu, KH. Wachid Hasyim, ANO berhasil aktif kembali dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor.
Baca Juga Tokoh Adat Nusantara dan Lesbumi Putuskan Delapan Rekomendasi Strategis
Gerakan Pemuda Ansor dikenal memiliki spirit keagamaan dan kebangsaan yang tegas. Segala pengorbanan diberikan untuk menjaga agama, ulama dan negara. Seperti bunyi dalam lirik marsnya, darah dan nyawa telah kuberikan. Peran GP Ansor begitu besar dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. NKRI harga mati, adalah salah satu jargon yang menjadi bukti kecintaan terhadap tanah air.
Kilas sejarah tersebut menggambarkan perjuangan-perjuangan pemuda NU atas agama dan tanah airnya. Sejak berdirinya hingga kini, Gerakan Pemuda Ansor terus bertransformasi menjadi organisasi yang tak pernah lelah berbenah dan bergerak dengan menyesuaikan kondisi zaman.
Perayaan HUT RI ke-78 bertajuk “Tahniah Indonesia” oleh GP Ansor adalah bentuk syukur kader Ansor-Banser yang sudah 89 tahun menjadi bagian sejarah bangsa Indonesia. Kegiatan ini juga menjadi ajang bagi kader Ansor-Banser untuk meneguhkan kembali komitmen cinta tanah air.
Baca Juga Habitus Ansor
89 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Gerakan Pemuda Ansor, pergulatan panjang yang dibarengi kesabaran dan tekad kuat mampu mengantarkan GP Ansor menjadi organisasi raksasa yang penuh berkah.
Didukung dengan kemampuan Ketua Umum H. Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) yang begitu piawai dalam menahkodai organisasi, GP Ansor menjadi organisasi yang lebih tangguh dan solid dengan jutaan kader Ansor-Banser yang disegani karena kehadirannya di tengah masyarakat sangat dirasakan. Kepemimpinan Gus Yaqut mampu membuat lompatan-lompatan organisasi yang membawa dampak kemajuan terhadap organisasi.
Gerakan Pemuda Ansor mampu mempertahankan eksistensinya di tengah derasnya arus politik negeri dan globalisasi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kader Ansor-Banser yang mendapatkan amanah dari pemerintah dan rakyat untuk mengisi beberapa ruang strategis, baik dalam lingkup pemerintahan, agama, pendidikan, sosial, budaya dan lainnya.
Ruang-ruang strategis yang diisi oleh kader Ansor-Banser itu didapat lantaran kepercayaan terhadap kepemimpinan mereka yang selalu berpihak pada kepentingan bangsa dan negara, bukan kepentingan pribadi maupun golongan. Toh, tanpa jabatan atau tidak, kader Ansor-Banser akan tetap setia dan ikhlas lahir batin mengabdi kepada agama, bangsa dan negara.
Baca Juga
- Kembali Viral untuk Keempat Kalinya: Penjelasan Terbaru Kemenag tentang Kesalahan Cetak Ayat Al-Qur’an
- Resmi Ditunjuk PBNU, Panglima Santri NU 2023: Umarsyah HS, Bukan Cak Imin
GP Ansor akan terus konsisten menjaga keutuhan NKRI, menebarkan kasih sayang kepada sesama dan menjunjung tinggi sikap toleransi. Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity) akan selalu dipegang teguh, seperti kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib “Mereka yang bukan saudaramu dalam seiman adalah saudaramu dalam kemanusiaan”.
Ke depan, Gerakan Pemuda Ansor harus tumbuh menjadi organisasi yang lebih besar dan solid lagi. GP Ansor harus mampu memperbesar potensi kebermanfaatan dalam melayani kepentingan agama, bangsa & negara.
Akhir kata, penulis ingin mengutip satu pesan yang selalu disampaikan Gus Yaqut, “Jangan pernah lelah mencintai Indonesia!”
Tahniah Indonesiaku, Jayalah Selalu!
Oleh: Hendra Septiawan (Aktivis NU, Pemerhati Politik dan Kebudayaan)
2 Comments