Opini

Dua Misi Besar Calon Nakhoda Baru MUI

PERADABAN.ID – Bulan Agustus ini akan menjadi momentum penting bagi Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menentukan nahkoda baru setelah KH Miftachul Akhyar yang mengundurkan diri pada Maret 2022 karena menjabat sebagai Rais Aam PBNU.

Rencananya rapat pleno MUI ini akan dilangsungkan pada 15 Agustus 2023.

Dalam bursa pemilihan calon Ketua Umum MUI, nama KH Anwar Iskandar menjadi sosok yang digadang sebagai calon terkuat untuk memimpin barisan para ulama Indonesia ini.

Bahkan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mendukung sosok kiai asal Banyuwangi tersebut.

Baca Juga

Saat ini, KH Anwar Iskandar selain menjabat Wakil Rais Aam PBNU, beliau juga mengemban amanah sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI periode 2020-2025.

Sebagai calon Ketua Umum, Kiai Anwar Iskandar mempunyai dua misi besar yakni, pertama, penekanan pada poin kebhinekaan dan persatuan. Yakni menjaga negara yang berbasis kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjaga agama.

Hal ini didasarkan pada tujuan MUI sebagai wadah ulama untuk turut serta dalam pembangunan bangsa dan menjaga toleransi antar umat beragama di Indonesia.

Baca Juga Gus Men dan Konsep Rahmatan Lil Indonesiyin

Selain itu, misi kedua ulama kelahiran Banyuwangi, 24 April 1950 ini juga menekankan perlu adanya peningkatan peran MUI dalam dunia pendidikan dan hubungan antar umat beragama dengan mengamalkan Islam Wasathiyah serta Ahlussunnah wal Jamaah.

Optimalisasi Islam Wasathiyah pada seluruh umat Islam sebagai mayoritas diharapkan mampu menumbuhkan rasa toleransi dalam beragama apalagi mendekati tahun politik yang rawan dengan permusuhan atas nama suku, agama, ras dan budaya karena perbedaan pandangan politik.

Dari hal tersebut, KH Anwar Iskandar berkomitmen dalam kepemimpinannya kedepan mampu memajukan MUI dan umat beragama di Indonesia. Sehingga MUI dapat mewujudkan tugas dan tujuannya secara maksimal.

Baca Juga

KH Anwar Iskandar sendiri merupakan sosok kiai senior di kalangan Nahdlatul Ulama. Lahir dari pasangan KH Iskandar (Askandar) bin Kyai Abda’ dan Nyai Siti Robi’ah al-Adawiyah binti Kyai Abdul Manan.

Ayahnya merupakan pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum Berasan, Muncar, Banyuwangi. Dalam dunia pendidikan, Kiai Iskandar merupakan lulusan Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selain itu, tentu Kiai Iskandar juga sudah banyak menelan asam garam di dunia pesantren. Tercatat, beliau pernah mengenyam pendidikan ilmu agama di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Ploso Kediri, Sarang Rembang, Minggen Demak, dan ilmu Falak di Jember.

Di Pondok Pesantren Lirboyo diasuh oleh KH Mahrus Ali. Dari Lirboyo, Kiai Iskandar mempunyai sanad keilmuan hingga Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama.

Oleh: Ibnoe Em (Sarjana Hukum Islam, Pegiat Kajian Pesantren dan Alumni UNU Purwokerto)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button