Opini

Tech Boom di Tubuh NU!

PERADABAN.ID – Sebagaimana banyak terjadi di kiai pesantren, teknologi sudah tidak lagi menjadi momok menakutkan bagi mereka. Tech boom sudah menjadi wawasan tersendiri bagi masyarakat pesantren meski sebelumnya tak terpikirkan sama sekali.

Tech boom merupakan tren global dari membuminya praktik getok-tinular teknologi sampai di 17.000 desa-desa (global village). Kegagapan teknologi sudah bukan lagi perihal “jokes bapack2” atau “ghibah mama2” melainkan pertaruhan dari sebuah keharusan agar dapur tetap mengepul.

Mungkin tren ini bergulir begitu saja sehingga modal yang digunakan terkesan bekerja secara sporadis. Sehingga jamak yang merasa kurang kompeten, alih-alih menguasai echo chamber perbincangan.

Sekali lagi, secara garis besar tech boom menghadirkan modus pergulatan baru yang mengotimasi makna menjadi manusia, hingga “boyar” alias bocil layar menjadi istilah baru yang harus disandang oleh anak-anak di usia balita, yang membawa masalah speed delay sebagai stunting syndrome.

Baca Juga

Dari sini sudah nampak berjibun musykilah yang berbarengan dengan munculnya tren tech boom tersebut. Kalau tren tersebut bisa dibarengi dengan prinsip-prinsip kuno dalam tradisi parenting keluarga, naas.

Belakangan, perhatian warga nahdliyin diminta untuk melakukan kerja yang dulunya tidak pernah dipikirkan oleh para warga nahdliyin secara privat dan personal. Segala program NU, dulunya, selalu bercorak pemberdayaan organisasi, bukan pada pemberdayaan masyarakat.

Meskipun program tersebut dirasa berjalan kurang efektif, karena hanya memberikan keuntungan terhadap segelintir orang yang, terutama berada di puncak pimpinan.

Saat ini, NU mulai mengubah pola pikir tersebut dengan mengajak seluruh elemen masyarakat dari tingkat kota-desa untuk berjibaku dan menikmati program Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) yang berusaha mengimbangi tech boom dengan pemberdayaan di tubuh NU.

Ya, masyarakat akar rumput merupakan tubuh NU seutuhnya. Mereka adalah nadi dan nafas NU dalam membawa gerbong ketahanan manusia (human resources).

Baca Juga

Karena itu, Gus Yahya getol sekali memakai istilah keluarga adalah unit terkecil dari peradaban. Sehingga praktik mula-mula yang perlu dimulai adalah membangkitkan wawasan masyarakat terhadap isu-isu utama yang berkembang di dunia saat ini.

Program stunting salah satunya adalah program prioritas GKMNU dalam menekan prevalensi stunting nasional. Program yang dijalankan oleh PBNU dengan menggandeng Kementerian Kesehatan RI>.

Sebagai Lembaga keagamaan, NU memiliki ciri khas dalam pengembangan masyarakat (ri’ayatul ummah) sebagai tanggung jawab dalam menjaga Kesehatan jasmani dan rohani masyarakat Indonesia.

Dalam praktiknya, stunting syndrome bergandengan tangan dengan pemberdayaan ekonomi warga, sehingga GKMNU juga menggenjot program pemberdayaan ekonomi agar warga bisa lebih adaptif terhadap penguatan literasi keuangan keluarga, lebih-lebih yang ditasarufkan buat kesehatan dan kesejahteraan bersama.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button