Opini

Shalawat Tertua dari “Path Invader” Nahdlatul Ulama untuk Kemenangan Bangsa Indonesia

PERADABAN.ID – Pesta demokrasi lima tahunan atau Pemilu 2024 sudah mendekati kata tuntas. Rekapitulasi suara telah menemui angka bulat akan kemenangan pasangan nomer urut 02 Prabowo – Gibran, yang khatam dengan satu putaran.

Rasa syukur mengalir sebagai ungkapan pertama atas nikmat Pemilu yang berjalan lancar, sukses dan damai. Sebagai bentuk rasa syukur, lantunan 100.000 Shalawat Jibril atau Shalawat tertua itu menjadi persembahan dari kader GP Ansor untuk Kemenangan Bangsa Indonesia.

Di samping itu, kontestasi politik pada Pemilu 2024 juga menjadi medan pertempuran bagi kader-kader Gerakan Pemuda Ansor, yang merupakan barisan anak sulung Nahdlatul Ulama di berbagai daerah.

Baca Juga Memahami Tasyakuran Kemenangan Bangsa Indonesia

Jamak kader GP Ansor yang terlibat di ranah politik, tentu dengan himmatul ulya: melayani masyarakat. Bagi mereka, perjuangan politik pada hakikatnya adalah perjuangan untuk kemaslahatan bersama.

Sebagai bagian dari barisan Pandu Nahdlatul Ulama, kader GP Ansor memegang teguh kaidah politik yang kokoh. Kesatuan adalah prinsip yang tak bisa diganggu gugat, sementara pengkhianatan bukanlah jiwa dari Ansor yang sejati.

Selain itu, misi peretas jalan (path invader) menjadi modal penting yang tak terpisahkan dari kepentingan umat. Sahih, Presiden Jokowi menilai GP Ansor sebagai organisasi yang kreatif dan inovatif, karena kedua hal tersebut menjadi jimat dari semangat perjuangan kader GP Ansor di berbagai-daerah.

Baca Juga Pemilu 2024 Damai, GP Ansor Gelar Tasyakuran Kemenangan Bangsa Indonesia

Sejalan dengan medan perjuangan politik kader GP Ansor, Shalawat Jibril menjadi representasi dari betapa pentingnya sebuah wasilah yang dapat menautkan kita dengan kehadiran dalam ketiadaan.

Keterpautan ini terpampang secara sharih melalui sebuah riwayat, di mana Nabi Adam berada di taman surga, dia terpesona oleh keindahan yang menghiasi setiap dindingnya, di mana terpahat dengan anggun nama ‘Allah’ dan di sebelahnya tertulis ‘Muhammad’.

Dalam kekagumannya, Nabi Adam bertanya dengan penuh keingintahuan, “Wahai Tuhanku, siapakah Muhammad itu?”.

Baca Juga Ansor Digdaya

Dengan penuh kasih, Allah menjawab,

“Wahai Adam, janganlah engkau merasa iri. Muhammad adalah cinta-Ku, dia adalah nabi yang akan muncul di ujung zaman. Seandainya bukan karena keberadaannya, maka engkau pun tidak akan Ku-ciptakan, Adam, dengan segala keindahan dan makna yang engkau miliki.”

Riwayat tersebut mengantarkan pada sebuah makna penting yaitu; Allah menciptakan manusia karena Allah sudah menyiapkan calon pemimpin umat yaitu Muhammad, surga dengan segala keindahnya diciptakan, karena Allah sudah menyiapkan penghuninya yaitu Muhammad.

Baca Juga Gus Yaqut: Aristoteles dan Teladan Pemimpin Paripurna

Karena itu bagi seseorang yang berharap ingin masuk surga, sangatlah penting untuk mematuhi perintah Allah melalui ajaran Rasulullah. Sertifikat tunggal surga tertulis atas nama Muhammad saw; sebagai umat Muslim, kita hanya numpang dan mengharapkan pertolongannya di hari kiamat.

Hal serupa berlaku bagi kami, kader-kader GP Ansor yang “nebeng” di Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama menjadi sertifikasi tunggal yang bisa memberikan arahan bagi kokohnya prinsip-prinsip keagamaan, siyasah dan organisasi yang bisa menembus visi masa depan.

Maka di periode yang sempat terbelah karena persoalan dukung-mendukung sudah tidak lagi perlu dipertentangkan. Mari bersama-sama mempererat simpul kebangsaan, persatuan dan persaudaraan demi masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. Semoga.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button