Puisi Gus Mus Menggelegar di Malam HAB Ke-78 Kemenag

PERADABAN.ID – Malam Peringatan HAB Ke-78 Kemenag RI yang digelar di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail terasa begitu meriah. Beberapa penampilan sastrawan terkemuka tanah air berhasil memukau tamu undangan yang hadir.

Kegiatan bertajuk Untaian Doa dan Puisi Untuk Palestina tersebut dihadiri Menag RI, Menpan RB, Wamenag RI, Penasihat Dharwa Wanita Persatuan, Duta Besar Palestina, Perwakilan Kedubes Palestina.

Salah satu yang ditunggu-tunggu adalah penampilan epik dari Gus Mus, seorang sastrawan sekaligus Kiai besar di negeri ini. Gus Mus selama ini dikenal sebagai Kiai yang produktif melahirkan karya-karya sastra dan senantiasa mengajarkan kasih sayang.

Baca Juga

• Berita dan informasi Gus Yahya terbaru
• Rekap 2023, Ini Deretan Prestasi dan Penghargaan Kemenag RI!

“Menteri Agama dan segenap keluarga besar Kementerian Agama RI, saya sampaikan pertama kali ucapan selamat Hari Amal Bhakti,’ kata Gus Mus.

Gus Mus, membuka penampilannya dengan membawakan puisi berjudul Thariqun Wahid atau Satu Jalan, karya penyair besar Nizar Qabbani yang lahir di Damaskus pada tahun 1923 dan wafat pada tahun 1998.

Gus Mus, membawakan puisi karya Nizar Qabbani dalam bahasa arab yang kemudian juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Puisi tersebut dengan apik dibawakan Gus Mus sehingga tamu undangan yang hadir ikut larut merasakan kesedihan yang saat ini dirasakan rakyat Palestina.

Baca Juga

• Setuju dengan Pengukuhan IKN, Gus Yahya: Sistem Pertahanan Terpusat itu Mutlak
• Soal Sumber Daya Alam Indonesia, Gus Yahya: Waktu Kita Tinggal 11 Tahun Lagi

“Apakah kau terlalu bebal, atau aku yang terlalu peka?” terdengar suara Gus Mus mulai membacakan puisi karyanya sendiri.

Tak sendirian, Gus Mus membacakan puisinya diiringi alunan musik yang dibawakan oleh Sastro Adi. Tamu undangan yang hadir terlihat semakin menghayati pesan-pesan yang disampaikan Gus Mus lewat puisinya.

“Sambil mendengarkan para pakar berteori kau pun telah merasa ikut berjasa dalam upaya mencari solusi. Dan setelah itu kehidupan pun kalian jalani seperti biasa. Dengan gaya yang sama dan irama yang sama seolah-olah kalian berada di luar masalah,” bunyi bait puisi Gus Mus mengkahiri penampilannya.