Opini

Pilar BISA, Wujud Kesinambungan Khidmah Kepemimpinan Gus Yaqut – Gus Addin

PERADABAN.ID – Sehari sebelum tanggal 27 Mei 2024, kibaran bendera bercorak putih dan hijau terpasung di ruas-ruas jalan Gelora Bung Karno. Melambai menyambut kedatangan tamu dan para peserta: Selamat Datang di Inaugurasi Menuju Ansor Masa Depan. Simbol megah, bahwa baiat dan pengesahan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Masa Khidmat 2024 -2029 segera dilaksanakan.

Sore menjelang malam di langit Istora, suara kendaraan pengunjung yang hendak pulang tak terdengar lantang. Pengumuman petugas melalui pengeras suara, sesekali terdengar. Dan kemudian, tenggelam dalam pacu suara semangat yang menggelegar.

Tribun Istora Senayan penuh dengan semangat. Teriakan menggema mengorkestrasi perjuangan. Sesekali tepuk tangan, lalu duduk, dan diam menyimak satu persatu pidato diutarakan.

Baca juga: Gus Yaqut: Aristoteles dan Teladan Pemimpin Paripurna

Tidak hanya pantun berbalas “cakep” yang menghipnotis, Gus Addin – Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor – membius hadirin saat memaparkan perjuangan Ansor untuk kemajuan Indonesia dan masa depan Nahdlatul Ulama melalui pilar BISA.

Di hadapan Presiden Joko Widodo beserta rombongannya, Rais Aam dan Ketua Umum PBNU beserta jajaran, dan sepuluhribu sahabat Ansor Banser, BISA dijelaskan dengan bernas.

Sebuah akronim perjuangan Ansor ke depan untuk menjelaskan Bisnis dan Ekonomi: pilar kemandirian organisasi dan kesejahteraan masyarakat; Inovasi, Teknologi dan Media: pilar organisasi berbasis inovasi dan adaptif terhadap perkembangan teknologi media; Sumber Daya Manusia; pilar pengembangan kapasitas dan distribusi sumber daya manusia dan; Anak Muda: hub kreativitas dan pemikiran anak muda.

Pilar BISA akan terimplementasi dalam beragam program. Pertama melalui Aplikasi Sahabat Indonesia atau SIApps. Perangkat digital Gerakan Pemuda Ansor untuk mengintegrasikan pelayanan Ansor terhadap semua aktivitas masyarakat. Mulai dari pelatihan dan pendidikan berkelanjutan melalui Ansor University sampai dengan gelanggang panggung anak muda yang terakumulasi dalam Ansor Hub.

Di luar itu, ada pelayanan konsultasi yang meliputi perpajakan, keuangan, keagamaan, dan hukum. Lalu informasi karir baik lokal maupun luar negeri. Ekonomi berkenaan dengan fasilitasi informasi tentang peningkatan kapasitas berusaha. Serta layanan jadwal ibadah di seluruh Indonesia, juga termasuk di dalamnya.

Disusul Indonesiasentris. Proyek perjuangan masa depan yang menjadi pedoman bagi Ansor dan Banser sekaligus masyarakat tentang upaya-upaya pemerataan nan berkeadilan terhadap akses pembangunan yang dimulai oleh Pemerintahan Joko Widodo selama sepuluh tahun. Pun ikon modern dan kemajuan melalui pembangunan Gedung Ansor Masa Depan.

Baca juga:

Semua mimpi ini terbangun bukan berangkat dari lamunan dan omong kosong. Dia berangkat dari – meminjam bahasa Gus Yahya – realitas dan kemampuan yang terukur. Realitas dan kemampuan yang terukur itu bukan semalam selesai dibangun. Tapi melalui proses perjuangan yang teramat panjang.

Sedari awal, saya melihat kepemimpinan Gus Addin adalah transisi khidmah. Proses kesinambungan antara periode sekarang dengan sebelumnya. Bukan hanya orangnya, di mana Gus Addin memang kader tempaan Gus Yaqut, tetapi juga program dan gagasannya.

“Termasuk keberlanjutan dalam cetak biru organisasi, dari periode yang satu ke periode yang lain, dari kepemimpinan yang satu ke kepemimpinan berikutnya. Seperti yang kami lakoni saat ini, yaitu melanjutkan apa yang sudah dibangun oleh pendahulu kami, Gus Yaqut, dan menyempurnakannya sesuai kebutuhan generasi dan zaman,” kata Gus Addin dalam sambutannya itu.

Merinci apa yang dilakukan Gus Yaqut, terbentanglah bagaimana pengembangan kapasitas dan kompetensi kader dibangun. Muncullah upaya kesolidan satu komando dirawat dan diperkokoh. Hal ini sedikitnya bisa kita lihat dari kebijakan Gus Yaqut yang termanifestasi dalam Peraturan Organisasi Gerakan Pemuda Ansor tentang Akreditasi Pimpinan Organisasi dan Peraturan Organisasi Gerakan Pemuda Ansor tentang Sistem Kaderisasi.

Peraturan Organisasi (PO) di atas membawa 34 Pimpinan Wilayah, 469 Pimpinan Cabang, dan 8 Pimpinan Cabang Luar Negeri mengikuti proses akreditasi dan sistem kaderisasi yang terukur. Dampaknya, muncul kader yang kompetitif, meningkatnya kapasitas dan kompetensi serta mengakar dalam soliditas satu komando.

Jadi, apa yang dikatakan Gus Addin bahwa postur organisasi GP Ansor hari ini sudah dibanjiri oleh profesional muda, orang-orang kreatif dan inovatif, dipenuhi aktivis-aktivis yang tangguh, dan pastinya diperkuat oleh kiai-kiai moderat yang berdedikasi pada nilai-nilai toleransi tidak bisa dilepaskan dari legacy kepemimpinan Gus Yaqut.

Pandangan yang membuat Gus Addin yakin bahwa GP Ansor bisa menjadi supporting system yang terbaik bagi negara. Bahkan mampu menjadi lokomotif pemerintahan dalam rangkaian aksi akbar anak-anak muda, menggembleng diri, menuju Indonesia Emas 2045.
Dan tentu saja, keyakinan tentang GP Ansor sebagai Peta Jalan NU Masa Depan, dan Masa Depan NU.

Kesemuanya, adalah proses panjang yang tidak terputus, bentuk kesinambungan khidmah yang mewujud dalam pilar perjuangan Ansor masa depan: BISA!

Ahmad Bonang Maulana

Penulis lepas. Tulisannya tesebar di ragam media cetak dan online baik nasional dan daerah. Saat ini tinggal di Jakarta.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button