Opini

Pengarusutamaan Kaderisasi, Kesinambungan Gus Yaqut – Gus Addin menuju Indonesia Emas

Pengarusutamaan kadersisasi ini akan tetap dijalankan dengan seksama dan kemudian – meminjam bahasa Gus Addin – akan disempurnakan sesuai dengan kepentingan zaman.

PERADABAN.ID – Durasi 15 – 20 menit, tidak akan cukup mengurai secara komprehensif sebuah gagasan. Ada banyak sekuel-sekuel yang perlu ditali dan diikat dari sumber dan tempat yang berbeda-beda.

Saya mencari-cari sumber itu, dan ketemulah dalam sebuah sekuel video yang diupload laman youtube Gerakan Pemuda Ansor. Saya mencermati pernyataan-pernyataannya, lalu mencoba untuk mengorelasikan dengan apa yang disampaikan di ruang dan tempat yang berbeda.

Di laman itu tujuan utuh dari Ansor adalah menjaga eksistensi Islam Ahlussunnah wal jamaah di bumi global. Meninjau tujuan ini, sekaligus menjadikan paham bahwa aswaja merupakan tujuan sekaligus metode.

Dengan mengedepankan keluwesan, Ansor bisa menjalankan perjuangan gerakan secara adaptif dan relevan. Ansor bisa menerima hal-hal lama yang dinilai bagus, dengan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik (al-muahafadzah alal qadhimissholih wal akhdzu bil jadidil ashlah).

Baca juga: Semangat Toleransi Kita (Sekali Lagi) Diuji MUI

Seperti halnya kaderisasi, terus dijalankan oleh GP Ansor yang ditopang dengan gerakan-gerakan baru. Apa yang kemudian disebut oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Gus Addin Jauharudin, sebuah gerakan paralel antara kaderisasi dengan gerakan-gerakan baru sesuai dengan aktivitas masyarakat.

Begitulah saya menilai dan menyimpulkan pidato yang disampaikan oleh Gus Addin di dalam Inaugurasi Menuju Ansor Masa Depan di Istora Senayan kemarin, sebagai sesuatu yang bernas. Rasanya tidak mungkin, menabuh genderang optimisme menuju Indonesia Emas, dengan mendistorsi pengarusutamaan kaderisasi.

Kita bisa melihat pengarusutmaan kaderisasi yang solid ini juga dari kepemimpinan sebelumnya, yakni H Yaqut Cholil Qoumas. Kekuatan karakter Ansor, yang tersemat dalam diri kader dan organisasi, begitu kokoh dan dipandang segan.

Kala Indonesia berada dalam eskalasi intoleransi, diskriminatif, dan penentangan terhadap nilai agung Pancasila, Ansor berdiri tegap dengan suara lantang. Pantang mundur sejengkal ke belakang.

Dan ini, tidak hanya menunjukkan karakter kader dan organisasi yang kuat serta disegani. Tetapi melampaui itu, artikulasi gerakan ini menjadi penyeimbang dan keselerasan dengan keinginan negara dalam maklumat keberagaman.

Baca juga: Pilar BISA, Wujud Kesinambungan Khidmah Kepemimpinan Gus Yaqut – Gus Addin

Ansor menjadi barisan paling solid, tidak goyah, tidak cengeng menghadapi gempuran isu-isu miring yang ingin memecah-belah dan merongrong kerukunan umat yang berbeda. Beragam kegiatan digelar, mulai dari Apel hingga narasi keindonesiaan melalui Kirab Satu Negeri.

Tidak lain tidak bukan, ini adalah ijtihad pengarusutamaan kaderisasi untuk menjelaskan kepada dunia bahwa berkesinambungan dengan cita-cita negara, Indonesia, tetap menyala dalam api semangat. Dan semua ini, sekali lagi, tidak lepas dari pola kaderisasi yang kuat dan solid. Sehingga antara kader dan organisasi, secara kebatinan terikat dengan nafas cita-cita Indonesia.

Pengarusutamaan kadersisasi ini akan tetap dijalankan dengan seksama dan kemudian – meminjam bahasa Gus Addin – akan disempurnakan sesuai dengan kepentingan zaman. Di sinilah kaderisasi mulai diarahkan untuk menunjang peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan anak muda, baik secara kapasitas ekonomi sampai dengan kecakapan di bidang teknologi dan media.

Kesemua itu, untuk menuju Indonesia Emas 2045 dengan ditopang kesinambungan dan rekontekstualisasi kaderisasi.

Ahmad Bonang Maulana

Penulis lepas. Tulisannya tesebar di ragam media cetak dan online baik nasional dan daerah. Saat ini tinggal di Jakarta.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button