Gus Men The Blues Man: Sinar Cemerlang di Kementerian (Semua) Agama

Gus Men the Blues Man, dengan gaya kepemimpinannya yang unik, telah memainkan melodi kebijakan yang akan terus bergema bahkan setelah ia turun dari panggung Kementerian (Semua) Agama.
PERADABAN.ID – Dalam panggung kehidupan bernegara, ada seorang pria yang kerap disapa Gus Men. Namanya H. Yaqut Cholil Qoumas, sang Menteri Agama yang tak jarang membuat alis berkerut dan bibir tersenyum.
Layaknya pemain blues handal, dia memainkan melodi kebijakan dengan sentuhan yang kadang lembut, kadang menghentak, namun selalu penuh makna.
Gus Men, begitu ia karib dipanggil, mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan Kementerian Agama di tengah pandemi COVID-19. Bak musisi yang harus tampil di hadapan penonton yang gelisah, ia menghadapi tantangan yang tidak ringan. Namun, seperti lirik blues yang menceritakan perjuangan dan harapan, Gus Men mulai memetik senar-senar kebijakannya.
Baca Juga Santri Dunia Internasional
Salah satu riff andalannya adalah promosi moderasi beragama. Gus Men serius menggerakkan seluruh perangkat birokrasi di kementerian sampai di tingkat paling bawah untuk turut berkreasi dalam kampanye moderat.
“Ada nasehat kuno yang mengatakan bahwa, if you want to go fast, go alone, if you want to go far, go together. Di institusi ini kita bisa mematahkan nasihat kuno itu, bahwa ternyata kita bisa berjalan dengan bersama-sama, tetapi tetap bergerak dengan cepat dan berjalan jauh. Ini istimewanya Kementerian Agama,” ujar Gus Men di Religion Fest 2024.
Gus Men pernah berkata, “Kita nggak bisa main-main sama hal ini. Moderasi beragama itu kayak fondasi rumah. Kalau nggak kuat, ya wassalam!” Penggunaan bahasa yang santai namun tegas ini menjadi ciri khas Gus Men dalam berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat.
Namun, bukan berarti perjalanannya mulus tanpa kritik. Beberapa kebijakan kontroversialnya, seperti standardisasi khotbah Jumat, menuai pro dan kontra. Para pengkritik menganggapnya sebagai bentuk intervensi negara terhadap urusan agama.
Tapi Gus Men, dengan gayanya yang khas, menanggapi, “Lho, emangnya salah kalau kita pengin khotbah yang inspiratif dan nggak provokatif? Kita cuma pengin semua orang pulang dari masjid dengan hati adem, bukan malah panas.”
Baca Juga Cognitive Bias dan Kritik Miskonsepsi Taklid Buta dalam Konsep “Nderek Dawuh Kyai”
Di sisi lain, langkah Gus Men dalam menangani isu-isu sensitif seperti penodaan agama dan konflik antar umat beragama mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Pendekatan Gus Men dalam mengelola keragaman agama di Indonesia menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas masyarakat kita.
Tak hanya itu, Gus Men juga dikenal sebagai sosok yang tak segan “turun panggung” untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Ia kerap mengunjungi pesantren-pesantren, gereja, pura, dan tempat ibadah lainnya untuk mendengar langsung aspirasi umat.
“Saya ini cuma petugas, bukan raja. Kalau nggak turun ke bawah, gimana bisa tahu masalah yang sebenernya?” ujarnya dalam sebuah diskusi publik.
Baca Juga Menyoal Usulan Kementerian Haji: Dari Pelayanan Umat hingga Eksploitasi Dana Umat
Meski demikian, seperti musisi blues yang tak lepas dari melankoli, Gus Men juga menghadapi momen-momen berat. Salah satunya adalah kontroversi seputar penyelenggaraan ibadah haji di masa pandemi. Keputusan untuk membatasi jumlah jemaah menuai kritik keras. Sempat diuji dengan Pansus Haji, Gus Men tak segan meladeni pertarungan tersebut.
Namun, dengan pendekatan yang rasional dan berdasarkan data, ia berhasil meyakinkan publik bahwa segala keputusan yang ia buat adalah demi keselamatan umat.
Kepemimpinan Gus Men menunjukkan sintesis menarik antara nilai-nilai tradisional pesantren dan pendekatan modern dalam tata kelola pemerintahan.
Baca Juga Masih Ada Kabayan di Sunda dan di Nahdlatul Ulama
Layaknya lagu blues yang berakhir dengan nada harapan, kiprah Gus Men di Kementerian Agama juga menyisakan optimisme. Keberhasilannya dalam mengelola keragaman agama di Indonesia, mempromosikan moderasi beragama, dan membenahi sistem pendidikan madrasah menjadi warisan yang berharga bagi generasi mendatang.
Gus Men the Blues Man, dengan gaya kepemimpinannya yang unik, telah memainkan melodi kebijakan yang akan terus bergema bahkan setelah ia turun dari panggung Kementerian Agama. Seperti lagu blues klasik yang tak lekang oleh waktu, jejak langkahnya akan terus menjadi inspirasi bagi para penerusnya dalam memimpin dan melayani umat beragama di Indonesia.
Baca Juga Gus Men dan Revolusi Moderasi Beragama: Membuka Jalan Baru di Kementerian Agama
Berikut Puluhan penghargaan yang telah diraih Kementerian Agama bersama Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas:
Penghargaan dari Presiden Joko Widodo:
- Bintang Satyalencana Karya Satya (2022),
- Bintang Mahaputera Utama (2023),
- Penghargaan Bidang Layanan SPBE (Digital Government Award) (2023).
Penghargaan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) : Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian Agama tahun 2021, 2022, dan 2023.
Penghargaan dari Komite Aparatur Sipil Negara (KASN):
- Anugerah Kualitas Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Tahun 2021 dengan Kategori Baik (2022),
- Anugerah Meritokrasi (2021, 2022, dan 2023) dengan Nilai Baik.
Penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK):
- Penghargaan Pengendalian Gratifikasi Tahun 2022 (Pegawai Ditjen Bimas Hindu),
- Peringkat II Kementerian/Lembaga dalam Capaian Aksi Startegi Nasional Pencegahan Korupsi Tertinggi, Nilai 91,13 (2024).
Penghargaan dari Kementerian PANRB:
- Pembina Pelayanan Publik Terbaik (2022),
- Best Starter Harmonis berdasarkan Survei Ber-AKHLAK (2022),
- Penghargaan Pelayanan Publik Terbaik (2023),
- Indeks Reformasi Birokrasi Kemenag BB atau Sangat Baik (2021 – 2023),
- Penyelenggara Inovasi Pelayanan Publik Terbaik (2024).
Penghargaan dari Badan Pusat Statistik (BPS)
- Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) 2022 (90,45), 2023 (85,83), dan 2024 (88,20), Sangat Memuaskan,
- Indeks Pembangunan Statistik melalui Evaluasi Penyelenggaraan Statistik Sektoral, Baik (2024).
Penghargaan dari Media
- Digital Innovation for Public Service dari MNC Portal Indonesia (2022),
- Top GPR Award dari Government Public Relations Institute (2022 dan 2023),
- Nawacita Awards Kategori Tokoh Nasional Penguatan Kebhinekaan Indonesia (2022),
- Tempo Ministry Award (TMA), Kategori Pengelolaan Komunikasi Terbaik, Pengelolaan Website Terbaik, dan Pengelolaan Media Massa Terbaik (2022),
- Moeslim Choice Award Kategori Good Governance (2022),
- Gatra Award, Kategori Tokoh Transformasi Digital Layanan Keagamaan (2023),
- Top Digital Awards dari Majalah ITWORKS (2023),
- Best Digital Innovation dari Anugerah Times Indonesia (2023),
- Penghargaan Satria Transformasi Digital dan Moderasi Beragama (Satria Brand Award) dari Suara Merdeka (2023),
- Penghargaan Kategori Kolaborasi Strategis pada Kementerian dan Lembaga Awards 2024 daei INEWS Media Group (2024),
- Tokoh Transformasi Digital Layanan Keagamaan Inspiratif dari Detik Award (2024),
- Lembaga Berkinerja Unggul dalam Pelayanan Publik dari Detik Award (2024).
Penghargaan Lainnya:
- MAN Insan Cendekia Serpong Terbaik Kali Ketiga dari 1.000 Sekolah Terbaik di Indonesia dari Lembaga Tes Masuk Pergurua Tinggi (LTMPT),
- Pemetaan Sistem Informasi Kepegawaian Instansi Sangat Baik (2022) dari Badan Kepegawaian Negara (BKN),
- UPZ Kementerian dengan Pengumpulan ZIS Terbaik dari BAZNAS,
- Mitra Wakaf Aparatur Sipil Negara (ASN) Terbaik (2022) dari BWI,
- Predikat Kepatuhan Standar Pelayanan Publik Tahun 2022 (90,28), dan Kategori A Zona Hijau dengan Opini Kualitas Tertinggi Kepatuhan Standar Pelayanan Publik dari Ombudsman RI.
- Penghargaan Penyediaan Aplikasi Haji Terbaik (2023) dari Kementerian Haji dan Umrah Saudi,
- The Big Five Konpetisi PPPI Innovative Policy Paper Awards dari PN PPPI dan Bappenas (2023),
- Anugerah Keterbukaan Informasi Publik, Kategori Informatif (2023) dari Komisi Informasi Pusat,
- Penghargaan Lembaga Peduli Penyiaran dari Komisi Penyiaran Indonesia (2023).
One Comment