Gagasan

Ngaji Qonun Asasi #5: Rahmah itu Aspirasi Tertinggi Seorang Mukmin

PERADABAN.ID – Perintah untuk saling mengasihi sesama mukmin, saling berdamai merupakan perintah asasi, yang diutamakan dari berbagai macam perintah lainnya. Begitu pula dengan perintah Allah Swt untuk Bersatu.

Allah Swt tidak membiarkan manusia untuk terpecah-belah. Hal ini tersirat dalam Qs. Ali Imran (103) yang berisi petunjuk untuk memenuhi persatuan yang abadi, yaitu bersatu dengan tulus, lillah.

Tulus hanya bisa tumbuh melalui proses saling mengenal satu sama lain. Dari tahapan ini, manusia bisa menumbuhkan saling menaruh kasih sayang di antara sesama.

Rasulullah Muhammad Saw bersabda, lan tadkhulul jannata hatta tu’minu, wa lan tukminu hatta lan tatahbbuhu, kalian semua tidak akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian semua tidak akan beriman sampai kalian mengasihi satu sama lain.

Baca Juga Ngaji Qonun Asasi NU #4: Kesabaran dalam Disiplin Barisan

Rahmah

Sehingga, menurut Gus Yahya, supaya kita bisa berproses dan bersatu dengan sungguh-sungguh, maka kita harus menumbuhkan kasih sayang (rahmah) di antara sesama kita, dan tumbuhnya kasih sayang itu disertai dengan iman.

Pada zaman dahulu, di antara kabilah Arab, satu sama lain saling bermusuhan. Permusuhan tersebut terjadi di antara penduduk Madinah; Auz dan Khazraj. Nyaris bertahun-tahun dua suku tersebut saling bermusuhan sampai ada tradisi saling serang yang sudah terjadwal di antara dua suku tersebut.

Pada akhirnya, permusuhan tersebut sirnah, lantaran kedua suku tersebut dianugerahi hidayah iman oleh Allah Swt. Karena iman itu lantas tumbuh rasa kasih sayang satu sama lain, dan menjadikan mereka saudara satu sama lain.

Sama halnya dalam konteks perjuangan berjam’iyyah, Gus Yahya mengingatkan semangat ber-Nahdlatul Ulama itu akan berangsur surut, merosot, apabila kita saling berseteru satu sama lain.

Baca Juga Ngaji Qonun Asasi NU #3: Setara dalam Pergaulan Kemanusiaan dan Pentingnya Ilmu

Perjuangan itu penuh dengan tantangan, dan dari waktu ke-waktu, teramat sering kita menghadapi pilihan-pilihan yang sulit. Ini semua harus dihadapi dengan sabar.

Tentu, di setiap pilihan mengandung risiko. Menentukan pilihan itu sendiri menyakitkan. Apalagi zaman sekarang ini jarang sekali ada pilihan baik-buruk, seringnya jelek-jelek. Maka tidak mudah menentukan pilihan.

Akan tetapi syariat melalui nomenklatu ushul fiqh telah memberikan tuntunan tentang metode menentukan sebuah pilihan. Misalnya idza ta’aradha dhararani fuddhila akhaffuhuma, jika terdapat dua bahaya/risiko, maka dahulukan bahaya yang lebih ringan.

Hal ini membuktikan kalau para ulama sudah mengembangkan sebuah metode istinbath dengan rumusan kaidah ushul dan fiqh yang disertai penjelasan syarat-syarat memahami hakikat dari sebuah realitas. Perangkat syariat yang dihadirkan oleh para ulama senantiasa berorientasi pada kemaslahatan bersama.

Baca Juga Ngaji Qonun Asasi NU #2: Back to Syariah

Maka, kenapa perintah saling menaruh kasih sayang dan bersatu menjadi perintah asasi yang paling diutamakan? Karena bukan amal yang mengantarkan mukmin masuk surga, melainkan guyuran rahmat dan ampunan Allah Swt. Rahmah merupakan aspirasi tertinggi dari seorang mukmin.

Maziyah Shalawat

Perintah lain Allah Swt yang tertuang dalam Qs. Al-Ahzb;56 adalah bersholawat. Shalawat itu memiliki relevansi akhirat. Karena kita mendoakan kesentosaan di akhirat, kalau salam relevansinya duniawi, mendoakan dari ancaman bahaya duniawi, dari manusia atau yang lain.

Shalawatnya Allah kepada Rasulullah Saw itu Rahmah. Kalau shalawatnya malaikat kepada Rasulullah itu istighfar. Kalau shalawat mukmin kepada Rasulullah itu adalah doa dan mengagungkan dengan perintah Rasulullah do’a wa ta’dhim ala amrihi.

Baca Juga Ngaji Qonun Asasi NU #1: Gagasan Raksasa Hadratussyaikh Ihwal Pendirian Nahdlatul Ulama

Shalawat kepada Rasulullah Saw itu adalah amal kepada diri kita sendiri. Bukan soal mendoakan Kanjeng Nabi Muhammad Saw, tapi dengan shalawat itu kita bisa mendapatkan barokah kepada diri kita sendiri.

Adapun dua ayat Qs. Assyuro (38) dan At-Taubah (100) disebut oleh Gus Yahya sebagai ayat-ayat yang menggambarkan bagaimana sikap lahir-batin kita terhadap ajaran-ajaran Allah dan para pengampunya.

Bahwa kita diperintahkan untuk mengikuti assabiquunal awwalun, artinya kita diperintahkan untuk menjadikan para pendahulu sebagai panutan. Karena dengan mengikuti mereka yang shalih ini kita mendapatkan ridho Allah Swt.

Oleh karena itu, agama harus didasarkan kepada cantolan yang jelas. Dengan itu kita bisa mengharapkan ridho Allah swt.

*Naskah ini merupakan saduran dari pengajian Kitab Qonun Asasi NU yang diampu oleh Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf selama bulan Ramadan.

Afrizal QosimAlumni PP Qomaruddin Bungah Gresik, Pimred Peradaban.id

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button