Opini

Mengintip Nahdlatul Ulama dari Timur

PERADABAN.ID – Menelusuri sejarah Nahdlatul Ulama (NU) di Timur, terutama Sulawesi Selatan (Sulsel) memang menjadi tugas yang cukup sulit. Penelitian tentang NU Sulsel jarang dilakukan oleh para akademisi, dan informasi yang ada cenderung terbatas pada kisah-kisah dari pelaku sejarah NU Sulsel itu sendiri.

Pendirian NU di Sulsel dimulai pada tahun 1936 dengan dikenal sebagai “Konsul NU,” yang merupakan perwakilan resmi NU di daerah tersebut. Tokoh-tokoh Sulsel, seperti Walikota Makassar Hamid Daeng Maggasing dan Abdul Rasyid Daeng Lompo, bergabung dengan NU pada saat itu.

Pendirian Konsul NU secara resmi di Sulsel tidak terlepas dari peran Robithal Ulama (RU), yang didirikan pada tahun 1950. Sejumlah ulama, seperti Sayyid Jamaluddin Puang Ramma, KH Muhammad Ramli, dan KH Muh Husen Thahir, memainkan peran penting dalam pendirian NU di Sulsel.

Baca Juga

Cabang-cabang NU di Sulsel mulai berdiri sekitar tahun 1952, terutama setelah kunjungan KH Wahid Hasyim ke beberapa kiai di daerah tersebut. Labbakang di Pangkep menjadi salah satu daerah yang lebih dulu mendirikan cabang NU, karena interaksi yang cepat dengan Surabaya, pusat NU.

Pada tahun 1952, KH Wahid Hasyim bertemu dengan ulama-ulama di Sulsel, termasuk AGH Ambo Dalle dan AGH Pabbajah, yang memberikan restu untuk kehadiran NU di Sulsel. Beberapa cabang NU secara resmi didirikan setelah pertemuan ini, seperti NU Cabang Bulukumba pada Februari 1952 dan NU Cabang Makassar pada Februari 1953.

Penting dicatat bahwa NU di Sulsel terlibat dalam politik saat itu. Mereka mendirikan Partai NU sebagai bagian dari konsolidasi kekuatan politiknya. Hal ini memengaruhi arah gerakan NU di Sulsel, yang aktif dalam politik elektoral. Beberapa tokoh NU menjadi bupati dan anggota parlemen di daerah tersebut.

Baca Juga

Meskipun terlibat dalam politik, NU di Sulsel tetap memperhatikan bidang-bidang lain, seperti pendidikan. Mereka mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, termasuk Perguruan Tinggi dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNNU).

Dalam perkembangannya, NU di Sulsel memiliki pandangan yang fleksibel terhadap Khittah NU (prinsip-prinsip dasar organisasi). Mereka mengadaptasi pandangan ini sesuai dengan konteks dan kebutuhan lokal.

Dalam kesimpulannya, meskipun penelitian tentang NU Sulsel masih terbatas, informasi dari para pelaku sejarah membantu kita memahami peran dan perkembangan NU di Sulawesi Selatan. Organisasi ini tumbuh sebagai kekuatan politik yang signifikan di daerah tersebut sambil tetap memperhatikan aspek-aspek pendidikan dan sosial lainnya.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button