Berita

2040 Indonesia Diprediksi Kehilangan Sumber Air Bersih, LPBINU Jelaskan Penyebabnya

PERADABAN.ID – Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU), M Ali Yusuf, menyebut akan ada ancaman kekeringan di Indonesia.

Menurut dia, kekeringan yang kian meluas di Indonesia dipicu oleh respons yang keliru.

Perubahan iklim seperti kekeringan sudah mengancam Indonesia. Hal ini sejalan dengan laporan yang dikeluarkan oleh Forum Air Dunia (World Water Council).

Dalam laporan itu disebutkan bahwa Indonesia berpotensi kehilangan sumber air bersih pada tahun 2040 dan mengalami krisis air pada 2025.

“Forum Air Dunia memperdiksi krisis air Indonesia akan mulai terasa pada 2025. Dan pada 2040, Indonesia akan kehilangan sumber air bersih,” kata Ali Yusuf seperti dilansir NU Online, Jum’at (2/9/2022).

Mungkin anda juga suka

Saat ini, prediksi itu bisa dilihat gelagatnya, lanjut dia, menurut data yang dirangkum dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedikitnya 102 kabupaten dari 16 provinsi di Indonesia mengalami kekeringan.

Kekeringan paling terlihat dampaknya terjadi di Nusa Tenggara Timur, Bali, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Menghadapi fenomena perubahan iklim tersebut, Ali Yusuf menyarankan agar masyarakat mengimbangi kesadaran kekeringan dengan pemahaman risiko.

Pemahaman risiko ini penting, lanjut dia, untuk melakukan tindakan preventif yang diperlukan dalam mencegah kekeringan di musim kemarau.

“Kesadaran akan adanya ancaman kekeringan itu sudah ada dan cukup kuat karena masyarakat hampir setiap tahun terdampak. Namun, kesadaran untuk memahami risiko dan upaya-upaya untuk menguranginya yang kurang,” jelasnya.

Mungkin anda juga suka

Menurut Ketua Umum Humanitarian Forum Indonesia (HFI) itu, masyarakat cenderung masih menyikapi bencana kekeringan secara reaktif.

Kejadian di lapangan merangkum banyaknya respons jangka pendek yang dipilih masyarakat dengan droping air ke daerah-daerah terdampak kekeringan.

“Sebenarnya tidak hanya masyarakat, tapi juga semua pihak saat ini cara berpikirnya masih reaktif, belum preventif, apalagi mengurangi risiko keterpaparan dari kekeringan. Sekali lagi, bencana kekeringan lebih banyak dihadapi dengan penyediaan air pada saat sudah terjadi kekeringan,” jabar Ali.

Perihal penyebab terjadinya perubahan iklim kekeringan di Indonesia, Ali menjelaskan karena minimnya daerah resapan air, deforestasi, serta model pembangunan fisik yang merusak ekosistem.

Ancaman kekeringan, lanjut dia, bisa dicegah dengan melakukan tindakan preventif seperti penanaman pohon, membuat sumur resapan, permanenan air hujan, dan mengurangi pencemaran sampah dan limbah di sumber-sumber air bersih seperti sungai.

“Ditambah dengan pengadaan embung dan bendungan untuk menyiapkan tabungan air yang diperlukan saat kemarau. Selain itu waste water management salah satunya melalui pengolahan air bekas pakai dengan cara didaur ulang untuk dapat digunakan kembali,” paparnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button