Berita

Wasekjen PBNU: NU Bukan Partisan

PERADABAN.ID, Jakarta – Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Najib Azca, P.hd mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama bukan partisan politik dalam seri Putcast (Puthut Podcast) bersama Puthut EA, (11/07/22).

Pernyataan ini muncul ketika Najib mencoba menjelaskan kronologi perseteruan antara PBNU dan PKB dengan mengisahkan itikad baik Gus Yahya agar faksi politik manapun tidak terlibat dalam kontestasi Muktamar Lampung.

“Cak Imin, panjenengan yang penting netral, saya tidak meminta dukungan dari Cak Imin, tapi saya juga berharap Cak Imin netral saja,” ucap Najib menirukan Gus Yahya.  

Tapi harapan itu sirna ketika fakta yang terjadi di lapangan memperlihatkan bahwa Cak Imin tidak netral. Pada waktu-waktu terakhir, ia (Cak Imin) akhirnya memberikan gelombang dukungan kepada Kiai Said Aqil dari faksi penting politik Indonesia.

Baca Juga Ketua LAZISNU tentang Kurban: Ekspresi Syukur kepada Allah

Tidak berhenti di situ, pasca Muktamar-NU di Lampung, Gus Yahya yang menginginkan agar personalia NU tidak terlibat secara langsung sebagai partisan politik dicederai oleh perilaku Cak Imin.

“Salah satu insiden memicu yang lain-lain adalah, Cak Imin membuat kampanye pencalonan presiden di kantor-kantor cabang NU. Itu menyalahi,” jelas mantan wartawan Tabloid Detik itu.

Penggunaan struktur NU sebagai alat politik partai tertentu sangat menyalahi norma dan nilai yang dibawa oleh Nahdlatul Ulama selama ini karena NU sekarang sedang berusaha memutus pola politis itu agar NU tidak terseret terus-menerus.

Prinsip ini juga menjadi sikap dari tradisi politik Nahdlatul Ulama yang selalu dijadikan alat mendulang suara pada gelaran pemilihan presiden beberapa dekade silam.

Sosiolog Universitas Gajah Mada itu memberikan garis tebal terhadap pola pergerakan alternatif baru Nahdlatul Ulama di kancah politik nasional.

Baca Juga Gus Dur; Ismail atau Ishak Tidak Ada yang Jadi Disembelih

“NU sekarang ini tidak akan berpihak kepada satu partai dan tidak akan menjadi alat hanya satu partai, kita akan menjaga jarak terhadap semua partai. Tentu ada hubungan khusus dengan PKB. Tapi tidak seperti dulu NU menjadi alat PKB,” terang Najib.  

Tidak ingin terlalu tenggelam dalam danau yang keruh, Najib Azca lebih banyak memberikan penekanan terhadap visi politik yang dibawa oleh Gus Yahya yaitu pemberdayaan umat dan perdamaian dunia.

“NU sebagai kekuatan politik akan lebih inklusif dan bisa diterima oleh siapa saja ketika focus melakukan dua pekerjaan besar tersebut”, kata Najib.

Kedua kerja besar itu terlihat dari pemberdayaan umat dalam mengembangkan potensi masyarakat pesisir di NTT dan mempromosikan NU-Muhammadiyah agar menerima nobel perdamaian.  

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button