Berita

Tips Parenting Ala KH Bisri Mustofa

PERADABAN.ID – Pola mendidik anak atau parenting di rumah merupakan bagian penting dari pertumbuhan anak-anak di luar rumah. Rumah menjadi rutinitas pertama dari seorang anak dalam mengembangkan daya imajinasi, kognitif dan komunikasinya.

KH A Mustofa Bisri atau yang karib disapa Gus Mus memberi bocoran terhadap pola parenting yang ditularkan oleh Abahnya, KH Bisri Musthofa.

 “Cung (nak), kamu nanti kalau punya anak, syukur punya santri”, kata Kiai Bisri seperti yang coba ditirukan oleh Gus Mus dalam sebuah ceramah di hadapan ribuan hadirin.

Bahasa “Syukur kalau punya santri”, digaris-bawahi oleh Gus Mus karena makna tersirat yang memuat beribu faedah.

Baca Juga

Maksudnya Apa? Tanya Gus Mus. Bahwa KH Bisri Musthofa mendidik santri-santri yang dititipkan orang tuanya kepada beliau.

“Wali santri itu menitipkan anaknya ke saya disuruh mendidiknya,” kata Gus Mus masih menirukan Abahnya.

“Kadang ada orang dari Pekalongan, Cirebon, Banyuwangi, Kediri itu datang kemari minta tolong saya supaya mendatangi acara pengajiannya. Saya keberatan, karena pondok tidak libur, liburnya hanya malam jumat. Jadi kalau setiap hari, satu hari di Magelang, Pekalongan, Cirebon, Jakarta, berapa hari jadinya? Habis waktuku di jalan,” kenang Gus Mus.

Maka kemudian, KH Bisri Musthofa melanjutkan pesan utama terhadap anak-anaknya agar kelak ketika sudah dikaruniai anak fokus pada pola parenting atau pola didik yang dilakukan secara menyeluruh.

“Nanti kalau mendidik anak, jangan luarnya saja ya. Didiklah luar dan dalamnya,” kata Gus Mus menirukan Kiai Bisri Musthofa.

Kiai Bisri kerap keberatan ketika mendapati undangan pengajian di beberapa daerah karena otomatis akan meninggalkan kewajibannya dalam mendidik santri yang dititipkan di pesantrennya.

Baca Juga

“Gusti Allah, Ya Allah saya diundang oleh teman-teman di sini itu diminta untuk menyampaikan firman-firman-Mu, hadits-hadits utusan-Mu, Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi sementara saya di sini meninggalkan santri-santri saya yang dititipkan oleh orang tuanya ke saya,” kata Gus Mus menirukan Abahnya.

“Oleh karenanya, bila amal saya menyampaikan firman-Mu dan hadits Kanjeng Rosul Muhammad Saw di sini nanti ada pahalanya, saya minta untuk jangan diberikan kepada saya Tuhan, mohon diberikan “futuh” kepada anak-anak didik yang saya tinggal sekarang,” lanjut Gus Mus.

Maka, Gus Mus menilai, para kiai dulu itu ketika mendidik santri seperti mendidik anak sendiri. Dan ini sudah dicontohkan oleh para kiai-kiai besar seperti Kiai Umar Mangkuyudan, Kiai Ali Maksum Krapyak, dan lain-lain.

“Masya Allah, oleh karenanya, santrinya Abah saya itu ada yang jadi kiai padahal selama ada di pondok itu tidak pernah mengaji, tidur mulu, makan mulu jadi ini tidak dapat pengajarannya tapi dapat barokah doanya itu,” kata Gus Mus.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button