Berita

Pertegas Visi Menghidupkan Gus Dur, Gus Yahya Akui sebagai Perjuangan untuk Kemanusiaan

PERADABAN.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan bahwa pelajaran yang banyak dari upaya menghidupkan Gus Dur semata untuk perjuangan kemanusiaan.   

Gus Yahya mengaku beruntung bisa sambungrasa dengan KH Abdurrahman Wahid (Ketua Umum PBNU 1984-1999, Presiden RI Keempat).

Sosok Gus Dur baginya sangat banyak memberikan inspirasi, pengetahuan, pengalaman, dan akses terhadapnya.

“Dia dalam banyak kesempatan kemudian membuka jalan saya tentang realitas,” terangnya saat menyampaikan pidato ilmiah sebagai penerima gelar doktor kehormatan di Auditorium Prof M Amin Abdullah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (13/02).

Baca Juga

“Pelajaran yang saya ambil dari Gus Dur, saya menyadari tidak ada jalan terbaik untuk menolong kondisi Islam daripada perjuangan untuk kemanusiaan,” ungkap Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

Kiai kelahiran 16 Februari 1966 itu menegaskan jika kemenangan kemanusiaan adalah kemenangan semua kelompok, tidak hanya Islam, tetapi juga Kristen, Hindu, Syiah, Sunni dan sebagainya.

“Jika kemanusiaan menang, semua menang. Kemanusiaan menang, Islam menang. Kemanusiaan menang, Kristen menang. Kemanusiaan menang, Hindu menang. Semua orang menang. Syiah menang. Sunni menang,” tukas Gus Yahya.

Karena itu, alumni Pesantren Krapyak itu menegaskan bahwa aktivitasnya saat ini tidak lain untuk peradaban kemanusiaan.

Baca Juga

“Memperebutkan kebaikan tidak ada kecuali untuk peradaban manusia,” tandas Gus Yahya menandaskan.

Selain Gus Yahya yang diberi anugerah gelar kehormatan, tersebut Sudibyo Makrus mantan PP Muhammadiyah (Dewan Pakar Majlis Pelayanan Sosial Muhammadiyah) dan Cardinal Miguel Angel Ayuso Guixot (Presiden Badan Kepausan untuk Dialog Lintas Iman Vatikan).

Anugerah gelar doktor ini dihadiri sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, Sultan Hamengkubuwono X, dan sejumlah tokoh lintas iman.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button