Opini

Partai yang ‘Putus Asa’ Kepada Politik

PERADABAN.ID – Begitu banyak partai politik di Indonesia, dan sayangnya, beberapa di antaranya tampaknya telah menemukan solusi radikal untuk mengatasi krisis politik mereka: menjadi “putus asa” terhadap politik itu sendiri.

Salah satu kasus paling mengagumkan adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di bawah pimpinan yang penuh misteri, Cak Imin.

PKB, yang dulunya dianggap sebagai pangkalan politik Nahdlatul Ulama (NU) yang solid, memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam politik.

Namun, sekarang, mereka tampaknya memiliki visi politik yang lebih kabur daripada kacamata berembun di pagi hari.

Baca Juga

Keputusan yang cukup mempertebal keputus-asaannya adalah ketika PKB memutuskan untuk berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden. 

Mereka mungkin telah kehilangan fokus pada cita-cita politik awal mereka atau bahkan telah membiarkan politik menjadi lebih pragmatis daripada prinsip-prinsip yang mereka anut sebelumnya.

Ini adalah pukulan telak bagi partai yang dulunya mengutamakan prinsip-prinsip Islam dalam politiknya.

Baca Juga Mengintip Nahdlatul Ulama dari Timur

Kini, PKB telah menemukan kebahagiaan dalam berkoalisi dengan partai yang memiliki pandangan politik yang berbeda. Koalisi ini, dalam semua kejeniusannya, seakan-akan mengatakan, “Kenapa harus bertahan dengan prinsip ketika kita bisa bertahan dengan kursi?” 

PKB Cak Imin tampaknya lebih tertarik pada kursi-kursi di kursi kekuasaan daripada pada prinsip-prinsip yang dulu mereka anut.

Hari ini adalah momen yang menggambarkan bahwa politik sekarang lebih tentang menjaga kursi berlapis bantal daripada mengemban tanggung jawab moral untuk melayani rakyat.

Baca Juga

Apa artinya integritas ketika Anda bisa memiliki kursi yang nyaman?

Jadi, kita perlu bertanya, apakah politik di Indonesia sekarang adalah pertunjukan sandiwara di mana partai politik menjual prinsip mereka kepada penawar tertinggi? Apakah partai politik telah mengganti misi politik dengan hasrat untuk kekuasaan semata?

Bukti ini menimbulkan pertanyaan serius tentang arah politik di Indonesia dan mengingatkan kita bahwa politik bukan hanya tentang mencapai kekuasaan, tetapi juga tentang mewujudkan cita-cita dan melayani rakyat.

Lebih dari itu, rakyat dituntut untuk memutuskan apakah ingin melihat partai politik terus “putus asa” terhadap politik atau ingin melihat mereka kembali ke akar-akarnya yang sejati, melayani bangsa ini, bukan hanya kursi-kursi politik.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button