Opini

Mencintai Tuhan dengan Mencintai Sesama dan Alam Ciptaannya

PERADABAN.ID – Ketika Ketum Addin Jauharuddin menyitir ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun, pergeseran orientasi spasial terjadi dengan daya yang beragam. Batas primordial terurai oleh kekuatan maha cepat.

Kita harus menerima bahwa dunia hari ini dibentuk oleh kenyataan hidup berdampingan dengan beragam etnis, bahasa, suku dan kekuatan simbolik tertentu.

Seperti halnya melihat Kantor PP GP Ansor bersebelahan dengan Gedung Sekolah Santo Fransiskus Asisi kala peringatan Nuzulul Qur’an di Kramat, Jakarta Pusat.

Judul itu merupakan bunyi dari salah satu suri teladan Santo Fransiskus Asisi. Sederhana, terdengar seperti bagaimana Islam yang membawa ajaran merahmati semesta alam.

Baca Juga Surabaya-Batavia, Ansor dalam Imajinasi Jejak Langkah

Derita yang dialami Santo Fransiskus, merupakan derita manusia yang menjemput takdir baik. Kemiskinan, pertobatan, minoritas dan semangat doa jadi lumbung kebajikan yang diurai melalui kekuatan spiritual bernama “Deus Providebit”.

Dalam beberapa riwayat, Santo Fransiskus merupakan Bapa Suci Katolik yang welas asih. Ia sering didatangi satwa-satwa yang meminta perlindungan. Maka, ia disebut Santo Pelindung Satwa dan Ekologi.

Sahih, artikulasi sosial yang ditempuh oleh agama-agama pada dasarnya memiliki kemiripan. Perjuangan garda depan dilalui melalui lintasan sejarah yang mengubur dalam-dalam benih-benih penderitaan.

Baca Juga Tigabelas sampai Delapanbelas Serdadu yang Menembakkan Senjata

Sikap manusiawi seperti itu, menjadi alur nalar utama Gerakan Pemuda Ansor saat dimana ia pertama kali dilahirkan. Sebagai organisasi kepemudaan, Ansor terlibat di tiga arus utama; kemanusiaan, kebangsaan dan keislaman.

Begitu halnya dengan perjuangan peradaban Gerakan Pemuda Ansor ialah mereproduksi kenyataan baik di masa silam dengan semangat baru masa depan.

Perilaku buruk sejarah hanya akan menaruh ingatan jangka pendek akan kehancuran. Sama halnya dengan jalan pintas.

Sehingga perilaku kebajikan yang ditanam dengan relaks adalah membiarkan agama menjadi pasok-pasok dalam relung peri kehidupan. Dengan begitu, tugas agama adalah merawat jagad, membangun peradaban.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button