Opini

Keterpaduan

PERADABAN.ID – Secara umum, tiap pemimpin mempunyai imajinasi. Tapi imajinasi saja tidak cukup sebab harus dikotori oleh keras kepala dan keterpaduan.

Dan tampaknya, imajinasi tanpa keras kepala hanya akan jadi angan-angan. Namanya angan-angan, ia hanya akan menjadi ingin yang tidak bakal kesampaian.

Tanpa keterpaduan, imajinasi hanya menjadi pentungan penanda ada kejadian tidak mengenakkan di malam hari. Keterpaduan adalah orkestrasi dari imajinasi-imajinasi yang saling menyumbang bunyi dan irama.

Boleh jadi, dalam lingkaran peradaban, keberadaan NU tidak dapat dianggap sebelah mata. Tetapi yang dibutuhkan lebih dari itu, ia musti terlibat.

Keterlibatan inilah yang saya maksud, harus dibumbui dengan keras kepala, tidak bisa biasa-biasa saja. Harus ada bunyi dan irama yang disumbangkan dalam orkestrasi peradaban.

Maka dimulailah dengan sistematisasi gerakan. Jika dalam kancah global dirasa membingungkan menyebut perwakilan perempuan NU, Yenny Wahid ‘mendefiniskan’ NU Women.

Sejatinya sudah ada wadah keperempuanan di tubuh NU. Imajinasi tentang perempuan NU, wadah itulah jawabannya.

Baca Juga

Tanpa melampaui itu, seperti menjadi katalisator, tidak mungkin menduniakan peran dan pemikiran perempuan NU dikancah global mudah diterima, bahkan mungkin membingungkan.

Suatu kepemimpinan, tanpa sistem keterpaduan dari penguatan kapasitas di berbagai elemen juga hanya akan menjadi imajinasi.

Dibutuhkanlah rumus, atau mungkin lebih tepatnya analogi. Imajinasi kemudian tersulap menjadi perspektif.

NU musti seperti sistem pemerintahan. Mempunyai perspektif, bahwa anatomi NU dijalankan laiknya pemerintahan.

Keterpaduan atau koherensi dibangun sedemikian rupa. Mula-mula organisasi dan kaderisasi, dan kemudian menyatukan kapasitas: wirsausaha, teknorat dan intelektual.

Dengan struktur berlingkup nasional dan dengan anggaran pengaruh berluasan nasional, koherensi (keterpaduan) kepemimpinan adalah kunci, kata Gus Yahya.

Maka dari setiap side gerakan, keterpaduan ini menjadi irama yang dibentangkan dan ditentukan oleh faktor kepemimpinan. Bahwa arah, langkah dan sikap tidak boleh berselisih.

Masuklah unsur pengendalian, untuk monitoring sekaligus mengontrol keterpaduan itu. Dan ini yang melakukan adalah kepemimpinan paling tinggi, ruang pengendalian itu harus disiapkan.

Wirausaha, teknokrasi ataupun intelektual adalah kapasitas lentur yang mendayung inovasi, konsistensi dan keterbukaan. Kendati di titik tertentu, tidak boleh terlepas dari imajinasi si pendayung.

Ahmad Bonang Maulana

Penulis lepas. Tulisannya tesebar di ragam media cetak dan online baik nasional dan daerah. Saat ini tinggal di Jakarta.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button