Opini

I’tibar Perjuangan Kiai Cholil Bisri

PERADABAN.ID – KH M Cholil Bisri, yang biasa disapa Kiai Cholil, merupakan seorang ulama sekaligus politikus yang begitu dekat dan dicintai masyarakat.

Kiai menjadi salah satu tokoh penting yang keberadaannya tidak bisa dianggap remeh begitu saja. Banyak sejarah tercatat—meskipun juga banyak yang tidak tercatat—tentang perjuangan para kiai untuk kemerdekaan dan kemajuan Republik ini.

Tidak hanya itu, dari tangan dingin para kiai juga terlahir banyak tokoh bangsa baik di bidang agama, politik maupun lainnya yang secara keseluruhan juga menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan.

KH M Cholil Bisri, yang biasa disapa Kiai Cholil, merupakan seorang ulama sekaligus politikus yang begitu dekat dan dicintai masyarakat.

Sepeninggal sang Ayah (KH. Bisri Mustofa), keberlangsungan pondok pesantren menjadi tangung jawabnya, suatu amanah yang tentunya berbeda dengan keinginannya menjadi orang kaya seperti kakeknya yang merupakan salah satu orang kaya di Rembang, Kiai Mustofa.

Baca Juga

Mulanya, Kiai Cholil masih gelisah dalam memimpin pesantren karena beliau sudah lupa caranya mengajar, sekian tahun para santri tidak pernah dijenguk. Bahkan beberapa santri senior dipanggil dan sempat diminta untuk pulang atau mencari pesantren lain yang lebih layak serta disuruh memengaruhi santri-santri lainnya agar ikut mereka, sebab pesantren akan diubah menjadi hotel.

Hingga saat di makam sang Ayah, beliau seperti merasa didatangi oleh ayahnya dan diberi nasihat “Man Jadda wa Jadda”. Itu artinya, beliau harus bersungguh-sungguh dalam menjaga eksistensi pesantren.

Karakter yang dimiliki oleh Kiai Cholil, dibentuk oleh tiga Kiai besar yang menjadi gurunya. Pertama adalah ayahnya yaitu KH Bisri Mustofa, KH Ali Maksum dan KH Mahrus Aly. Melalui tiga ulama besar tersebutlah Kiai Cholil menjadi sosok yang tegas, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, memiliki pemikiran yang mampu berpikir jauh ke depan dan tidak pernah menaruh kecurigaankepada siapapun.

Kiai Cholil aktif terlibat dalam soal-soal kemasyarakatan, semangat itu beliau warisi dari sang Ayah yang semasa hidupnya sering kali membantu kepada siapa saja untuk mengurai keterbelitan, memecahkan permasalahan yang dihadapi, sampai dengan merukunkan pihak-pihak yang sedang bertengkar.

Baca Juga Inovasi

Keterlibatan dengan soal-soal kemasyarakatan yang sangat intens tersebut membuat Kiai Cholil memiliki pengaruh yang luas, termasuk pengaruhnya di dunia politik.

Pada tahun 1993, beliau diperintah ayahnya untuk mensponsori lahirnya PPP hingga beliau ditunjuk Ketua DPC PPP Rembang dan kemudian Ketua MPW (Majelis Permusyawaratan Wilayah).

Selain itu, ketika beliau juga menjadi calon jadi DPR RI tahun 1993. Pada tahun 1994, DPP PPP berusaha keras agar ketuanya berasal dari NU. Di antara  yang dijagokan oleh Kiai Cholil pada saat itu adalah Hamzah Haz, Sulaiman Fadli dan Mathori Abdul Jalil.

Kiai Cholil dan lainnya membentuk tim yang dikenal dengan Gerakan Kelompok Rembang. Usaha itu gagal karena lawannya adalah Pak Harto yang menginginkan agar Ismail Hasan Metareum terpilih menjadi ketua.

Baca Juga PBNU dan Dubes Australia Menjalin Kemitraan Baru untuk Meningkatkan Hubungan Bilateral

Beberapa nama orang NU yang sudah dimasukkan Kiai Cholil dalam daftar untuk menjadi fungsionaris DPP PPP disikat semua, yang dimasukkan adalah orang-orang NU yang diambil oleh Pak Harto.

Akhirnya pada Pemilu 1997 yang awalnya oleh Jawa Tengah Kiai Cholil nomor 1, disikat oleh Pak Harto menjadi nomor sepatu, No. 53.

Perjuangan politik Kiai Cholil tidak berhenti sampai di situ. Kiai yang penuh humor ini terlibat lebih jauh dalam lengsernya Presiden Soeharto.

Pada tanggal 11 Mei 1998, para Kiai berkumpul di Langitan untuk rembug dan mengambil keputusan, memohon kepada Pak Harto untuk berkenan mengundurkan diri sebagai Presiden RI. Surat permohonan belum dikirim, Pak Harto sudah terlebih dahulu mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden RI pada tanggal 21 Mei 1998.

Baca Juga Gus Yahya, Selera Musik dan Lelucon Perihal Jazz

Menyikapi persoalan sosial dan politik pada saat itu, Kiai Cholil mengundang para kiai di Leteh pada tanggal 06 Juni 1998. Dari 20 orang yang diundang, ternyata yang hadir berjumlah 200-an orang.

Pertemuan di rumah Kiai Cholil ini mengerucutkan gagasan untuk mendirikan partai sebagai wadah aspirasi politik warga NU. Kemudian, pada tanggal 04 Juli 1998, diadakan pertemuan di Bandung dengan seluruh pimpinan NU dan 27 PWNU se-Indonesia dan menyepakati bahwa NU akan memback-up mendirikan partai yang diberi nama PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).

PKB dideklarasikan oleh Rais Syuriah NU KH Ilyas Ruhiyat, Wakil Rais Syuriah KH Muchith Muzadi dan KH A Mustofa Bisri, Mustasyar NU KH Munasir serta Ketua PBNU KH Abdurrahman Wahid bertempat di Ciganjur pada tanggal 23 Juli 1998.

Tiga tahun berikutnya (23 Juli 2001), KH. Abdurrahman Wahid dilengserkan sebagai Presiden RI secara politis oleh parlemen melalui sidang istimewa MPR RI, setelah sebelumnya terpilih melalui sidang umum MPR pada tanggal 20 Oktober 1999.

Baca Juga

Kiai Cholil juga dikenal sebagai ulama yang keras dan kritis. Pasca lengsernya Pak Harto, keadaan tidak berubah banyak. Menurut Kiai Cholil yang namanya reformasi itu memperbaiki keadaan, tetapi keadaan tidak diperbaiki. Masih banyak pihak-pihak yang mengambil kesempatan untuk dirinya sendiri, untuk menguntungkan pribadi dan untuk menguntungkan golongannya.

Bahkan, menurut Kiai Cholil, partai yang mengaku berislam sekalipun yang diperebutkan juga kekuasaan. Padahal kekuasaan itu nisbi sekali, bisa menggelincirkan orang, bisa membuat silau seseorang, dan bisa membuat orang larut dalam kekuasaan.

Jadi perbaikan-perbaikan yang selama ini diniscayakan oleh reformasi itu tidak terjadi. Kebalikan dari amanah itu kiyanah. Nabi pernah mengatakan kalau amanat itu diabaikan, artinya orang itu berkhianat, maka tunggu pasti akan hancur.

Oleh: Ahmad Hendra Septiawan

Sumber: Disadur dari Video Youtube Hasil Wawancara dengan KH. M. Cholil Bisri tentang Biografi dan Pendirian PKB

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button