Opini

Gus Yahya, Sarung dan Citayam Fashion Week

PERADABAN.ID – Bocah-bocah Depok, Citayam, Bojonggede dan sekitarnya, saya kira, adalah contoh termutakhir tentang bagaimana proses kreatif berikut karya orisinalitasnya meminggirkan produk fashion global ke pojokan sejarah yang senyap dan kedap akses.

Citayam disebut sebagai perubahan sosial dibuktikan dengan brand produk fashion global, yang namanya, sama sekali tidak terdengar di tengah-tengah teriakan “Slebweeww..” bocah-bocah Citayam.

Ragam mode pakaian yang dipakai cukup membuat mereka berdiri menginvasi Jalan Sudirman dengan santai dan sangat percaya diri.

Padahal, dari segi produktifitas, jumlah khalayak yang menggilainya hingga intensitas kemunculan brand global di layar gadget, anak-anak Citayam jelas menjadi setitik corak dalam khasanah perbukitan fashion di Indonesia. Mereka laik disebut legenda.

Hal yang lebih dekat dari fenomena Citayam adalah mereka mewakili sekelompok anak muda yang “tertahan”, haus dengan keberadaan tempat nongkrong yang nyaman, gratis, instagramable, dan mudah diakses.

Sedikit melompat dari fenomena jalan Sudirman, seperti terkena efek Citayam, saya yang memakai setelan santri; sarung, kaos, peci pulang dari Depok ke Pancoran menggunakan moda transportasi KRL merasa perlu menenangkan diri karena ragu.

Mungkin anda juga suka

Mulanya ragu, saya hanya berpikir ya ini gaya berpakaianku. Tapi saya mencoba meyakinkan diri dengan mengingat-ingat beberapa figur yang, dengan santai menggunakan setelan pakaian itu di ruang publik.

Setelah cukup lama mengingat, usaha mengingat itu akhirnya tertambat juga pada pengalaman-pengalaman Gus Yahya baik dari sepengatuan saya atau kisah-kisah yang lain.

Menurut riwayat teman-teman, Gus Yahya sering memakai transportasi umum sesering menolak ajakan untuk sekedar numpang pulang dari sebuah acara.

Dengan berpakaian setelan baju, peci dan sarung batik Gus Yahya enteng saja melewati wilayah metropolitan dibonceng tukang gojek.

Sahih kemudian konsep ruang publik modern ala Project for Public Space sudah semestinya memberikan kenyamanan dan keamanan, merangsang partisipasi warga untuk berkegiatan, dan ramah untuk semua kalangan.

Selain betapa rileksnya Gus Yahya menikmati ruang publik, corak sarung batik yang senantiasa melekat di tubuh Gus Yahya, dinilai Guntur Romli sebagai trendsetter pakaian untuk sarung batik.

Gus Yahya melahirkan tren budaya baru di kalangan kaum sarungan yaitu memakai ‘sarung batik’. Sarung yang sebelumnya identik dengan gender tertentu itu kini menjadi sarung segala umat.

Produksi sarung batik yang kini mulai menjamur memiliki peluang dalam membangkitkan ekonomi di kalangan Nahdliyin.

Mungkin anda juga suka

Kita bisa menyebut Lar Gurda, produk sarung batik dari Solo milik Mas Irfan Nuruddin ini telah lama mengobrak-abrik, menguasai pangsa pasar ini, dan Gus Yahya memang memakai sarung batik Lar Gurda.

Sarung adalah bagian dari tekstur budaya yang beragam dan beraroma secara bersamaan. Identitas sarung tidak hanya meniupkan ruhnya di pesantren. Ia menetap selagi mereka “cangkrukan” di warung kopi, KRL, Jl Sudirman, rumah sakit, balai desa, supermarket, sawah, tambak dan seterusnya.

Tidak muluk-muluk jika menyebut sarung sebagai identitas dari “Manusia Nusantara”. Di hampir setiap selat di Nusantara, baik wilayah yang menjadi basis muslim maupun tidak, wilayah-wilayah tersebut memiliki motif sarung yang beragam. Di ukuran lingkar pesantren pun, jarang saya menemui sarung dengan motif yang seragam—kecuali grup qasidah dan rebana.

Sebagai identitas, sarung tidak hanya meleburkan fragmen religiusitas pemakainya tapi ada fungsi lain yang berubah wajah, namun konsekuensi tersialnya, ia hanya sebagai bumbu penampilan semata.

Karena itu, selain fesyen, dalam bahasa politik, sarung juga mengisyaratkan identitas afiliasi pemakainya secara kelembagaan terhadap partai tertentu. Bisa jadi.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button