Berita

Gus Yahya: NU Perlu Mengembangkan Kapal Induk Besar

PERADABAN.ID – Pada sebuah pertemuan dengan PCNU dan MWCNU se-Madura, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahwa NU telah berkembang pesat dan perlu mengembangkan kapal induk besar.

Berdasarkan survei tahun 2022, jumlah jamaah NU diperkirakan mencapai 150 juta, atau sekitar 59,2 persen dari penduduk Muslim Indonesia.

Gus Yahya menggunakan analogi kendaraan untuk menggambarkan kondisi NU saat ini, mengutip perumpamaan dari salah satu pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah.

Menurutnya, NU perlu menjadi kapal induk besar yang memiliki kemampuan yang besar pula. Namun, saat ini kendaraan tersebut masih terhenti dalam garasi karena elemen-elemen mesin belum terpasang dengan baik.

Baca Juga

“Nah, kumpulan seperti ini masa diangkut pakai bentor kan gak mungkin. Hari ini kita butuh untuk membangun NU ini sebagai kapal induk yang ukurannya memang besar tapi juga punya kemampuan yang besar,” katanya saat silaturahim bersama PCNU dan MWCNU se-Madura, Rabu malam (12/7/2023) di Bangkalan.

Mesin merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan. Seperti halnya sepeda motor, semua komponen mesin harus saling terhubung agar kendaraan dapat berjalan. Namun, hingga saat ini kapal induk NU belum bisa berlayar karena bagian-bagian mesin masih tercecer dan belum tersambung dengan baik.

“Kalau sepeda motor itu bisa jalan kalau sudah pas tempatnya, letaknya karburator pas, letaknya busi itu juga pas, dan nyambungnya satu sama lain juga pas. Kalau gak nyambung, ya gak bisa jalan. Apalagi ini kapal induk yang besar,” ungkapnya.

Baca Juga Gus Yahya: Setiap Manusia Bertanggung Jawab Wujudkan Kehidupan Harmonis

“Ini saya kira tamsil (contoh) yang mudah dipahami terkait keadaan NU sekarang ini,” lanjut Gus Yahya.

PBNU mengakui bahwa penataan mesin dan penghubungan semua elemen tersebut merupakan tugas besar yang belum terlaksana. Gus Yahya menjelaskan bahwa PBNU perlu memastikan susunan mesin yang tepat agar kapal dapat berjalan.

Selain itu, prilaku operator-operator juga perlu diperhatikan, karena kapal induk membutuhkan ribuan orang yang harus memiliki kebiasaan dan disiplin yang baik.

“Menurut saya dan teman-teman, dalam pengamatan kita, dalam kesimpulan kendaraan NU ini selama ini belum bisa jalan ke mana-mana. Ini cuma jadi kendaraan yang dongkrok di garasi. Kalau ada orang lewat ditawar, tapi belum bisa dipakai ke mana-mana. Kenapa belum bisa dipakai ke mana-mana? Karena mesinnya, onderdilnya kocar-kacir belum terpasang,” terangnya.

Baca Juga

Gus Yahya menekankan pentingnya membangun kebiasaan melalui kegiatan rutin untuk membentuk cara berpikir dan kedisiplinan yang baik. Pola kegiatan dalam organisasi perlu dibangun untuk membentuk cara berpikir yang fokus pada memberikan manfaat kepada umat.

“Nah maka yang ingin dilakukan PBNU sekarang ini kita ngomong dulu soal menata mesin ini supaya nyambung lagi, kita urai dulu ini karburator, ini busi, ini rantai dan seterusnya. Lalu kita pasang lagi. Ini memang bukan pekerjaan kecil, ini mesin kapal induk,” tuturnya.

PBNU meluncurkan Gerakan Keluarga Maslahat NU dengan tujuan mengarahkan kegiatan yang melibatkan warga guna memberikan manfaat kepada masyarakat. Gus Yahya dan seluruh pengurus PBNU berharap agar pola pikir operator-operator NU hanya bermuara pada memberikan nilai manfaat kepada umat.

Dalam upaya ini, NU berkomitmen untuk mengembangkan cara berpikir yang fokus pada mashalih lil ummah dan mencegah kegiatan yang hanya bertujuan untuk memperbesar organisasi semata.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button