Gus Yahya Beberkan 3 Maha Guru Ulama Nusantara di Awal Abad Ke-20
PERADABAN.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyebut terdapat tiga kiai dan tiga pesantren di awal Abad ke-20 yang menjadi maha guru dari para santri pada zamannya.
Pada zaman itu, sudah jamak pesantren berkembang. Namun para santri tidak membiarkan pengembaraan ilmunya berhenti sebelum mendatangi tiga kiai dan pesantren ini.
Gus Yahya mengatakan bahwa tiga kiai yang memiliki spesialisasi di fan keilmuan masing-masing ini adalah, pertama, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari al-Hafidh (istilah muhadis yang dipakai Imam Nawawi) yang diburu sanad hadisnya.
Baca Juga
“Semuanya mencari sanad hadits dari Hadratussyekh Kiai Muhammad Hasyim Asy’ari. Biasanya itu secara terus-menerus rutin mengkhatamkan Bukhari-Muslim dan mengijazahkan sanad,” jelasnya saat melantik PCNU Kab Pacitan, di Pendopo Kabupaten, Sabtu (24/6).
Para santri yang menyantri kepada Hadratussyekh ini juga, lanjut Gus Yahya, dalam usaha mereka mencari silsilah keramat, “Karena Hadratussyekh memang ya sudah jatahnya Gusti Allah menjadi simpul keramat Nusantara pada waktu itu,” terangnya.
Baca Juga PPIH Arab Saudi Safariwukufkan 240 Jemaah Lansia dan Disabilitas
Berita ini juga ia dengar langsung dari KH Maimoen Zubair yang menyatakan bahwa pesantren jika ingin bisa lama keberadaannya, maka kiainya harus mencari sanad Tebuireng.
Hal ini yang kemudian mendorong KH Wahab Chasbullah yang sudah dikenal sebagai aktivis dan pemikir yang jenius pada masanya, segan melakukan inisiatif apapun tanpa persetujuan dan restu dari KH Hasyim Asy’ari.
Kiai Maha Guru kedua yang disebut Gus Yahya adalah KH Dimyati dari Pondok Pesantren Tremas Pacitan yang dikenal sebagai “Kiai Pekih”. Dulu, menurutnya, seorang kiai belum dianggap tahu tentang fiqih secara baik apabila belum mengaji kepada Kiai Dimyati.
Baca Juga
- Terima Motor Listrik, PBNU Terbuka terhadap Tawaran Kerja Sama
- Gus Yahya: Lesbumi Didirikan Partai NU sebagai Instrumen Politik untuk Merespons Lekra
“Yang ketiga itu adalah Kiai Cholil Harun dengan spesialisasi ilmu alat yang ada di Kasingan, Rembang. Yang kebetulan adalah kakek buyut saya sendiri,” ujar Gus Yahya.
Kebesaran NU menurut Gus Yahya tidak terlepas dari peran para kiai yang belajar membaca tanda-tanda alam. Para kiai, jika melihat dan mengendus potensi atau tanda-tanda kemuliaan, mereka tidak segan untuk bertafaul dan mendekatkan diri pada sumber kemuliaan.
“Dengan harapan bisa mendapatkan berkah dari sumber keilmuan,” tegasnya.
One Comment