PERADABAN.ID – Nenek moyangku seorang pelaut menjadi bait lagu yang tidak hanya enak didengar, tetapi juga menjadi identitas dan semangat universal yang menjelaskan kekhasan karakter bangsa, karakter Nusantara. Lagu itu, bersuara anak-anak, tapi mempunyai irama dan nada semua usia.
Gus Yahya dalam satu penjelasan tentang peradaban Nusantara mengatakan bahwa secara keseluruhan dari kita semua adalah maritim. Tradisi maritim ini dicerminkan dalam kisah-kisah pendahulu yang biasa dan akrab dengan laut dan samudera.
Baca Juga Berita dan Informasi Gus Yahya Terbaru
“Karakter peradaban Nusantara ini adalah karakter maritim,” jelas Gus Yahya.
Karakter maritim ini terkristal dalam sikap-sikap keberanian, keuletan dan keperkasaan menghadapi situasi. Angin, badai dan ombak adalah situasi yang sudah sering dihadapi oleh para pelaut, pendahulu peradaban Nusantara.
“Kita akan menempuh masa depan yang penuh ketidakpastian dan penuh dengan badai sejarah yang mungkin akan menjelang,” lanjut Gus Yahya.
Baca Juga Mempersenjatai yang Lokal, Milisi-Milisi yang Lebih Menguasai Medan
Gus Yahya menekankan nilai-nilai yang sudah diajarkan oleh pendahulu dalam menghadapi kendala dan pergulatan situasi, agar dilanjutkan oleh kita para penerusnya dalam menghadapi dan mengakrabi masa depan.
“Kita tidak takut karena menerjang badai sudah biasa,” pungkasnya.
Penjelasan peradaban maritim di atas dilakukan Gus Yahya saat menjelaskan Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu tempat pelaksanaan rangkaian Harlah ke-99 Nahdlatul Ulama di Bangkalan, Jawa Timur. NTT menurut Gus Yahya, menjadi wilayah yang mencerminkan tradisi maritim nusantara.
Baca Juga Gus Yahya; Nusantara, Inisiatif Ikonik Masa Depan
Rangkaian kegiatan ini digelar di beberapa titik, seperti Palembang, Sumatera Selatan dan terakhir di Jawa Timur, bertempat di PP Syaikhona Moh. Cholil Bangkalan, Februari yang lalu.
One Comment