Berita

Gus Addin Tamsilkan Banser dan Rijalul Ansor sebagai Tongkat dan Tasbih

PERADABAN.ID – Awal pendirian Nahdlatul Ulama pada tahun 1926, diwarnai dengan simbol tasbih dan tongkat. Syaikhona Kholil Bangkalan mengutus salah satu muridnya KH As’ad Syamsul Arifin untuk memberikan tongkat dan tasbih kepada KH Hasyim Asy’ari.

Dua simbol ini menandakan restu Syaikhona Kholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asy’ari untuk mendirikan organisasi yang menjadi rahim dari lahirnya Gerakan Pemuda Ansor pada tahun 1934, tepat pada Muktamar yang berlangsung di Banyuwangi.

Dalam Pengukuhan dan Pengucapan Janji Pengurus Satkornas Banser, Majelis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor serta Angota Departemen dan Lembaga Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Gus Addin Jauharudin menamsilkan tasbih dan tongkat dalam kepengurusan Ansor.

“Dua institusi (Banser dan Rijalul Ansor) ini, kita simpulkan sebagai tasbih. Banser sebagai tongkat,” kata Gus Addin di Mercure Hotel Jakarta, Minggu (1/9).

Baca juga:

Seperti tasbih, pengurus Ansor tidak bisa berdiri dengan hanya satu-dua orang. Keseluruhan kader harus saling berdampingan dan terikat dalam tali penyambungnya.

“Tasbih hanya dibilang tasbih apabila merangkai butir-butir kayu. Kalau satu butir bukan tasbih. Juga demikian dengan Ansor, kita ini bukan hanya satu dan dua orang. Kita adalah kumpulan para komandan, Banser, Rijalul Ansor dan lainnya, maka akan kuat organisasi kita,” tambahnya.

Untuk melaju cepat lima tahun ke depan, Gus Addin mengingatkan agar tidak lari-lari sendiri karena tantangannya kian besar. Dan menjadi tugas Rijalul Ansor untuk mengajak pihak-pihak agar bisa bersama-sama dengan Ansor melalui cara-cara yang terbuka.

“Rijalul Ansor agar mempromosikan, mengajak para Gus, para Ra untuk kembali ke pangkuan organisasi. Model keagamaan harus dilakukan terbuka. Kegiatan-kegiatan keagamaan harus jemput bola. Komunitas yang membutuhkan konsultasi keagamaan, di situ ada ansor,” imbuhnya.

Bagi Banser, jika ditamsilkan sebagai tongkat, maka tongkat mempunyai banyak fungsi. Tongkat bisa dijadikan sebagai penunjuk jalan, bisa juga digunakan untuk menolong, atau memukul orang. Termasuk menjadi simbol satu komando Banser.

“Tongkat Musa membelah lautan. Jangan sampai satu komando beda komandan, jangan sampai terjadi. Jangan sampai beda langkah Pimpinan Ansor dan Banser. Ansor bergerak, Banser harus mengikuti,” kata Gus Addin.

“Oleh karena itu, tidak ada perbedaan, semuanya satu kesatuan. Banser adalah pasukan intinya ntuk Ansor, juga mengawal kegiatan PBNU dan pesantren,” pungkasnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button