Opini

Amplop

PERADABAN.ID – Jika bukan amplop berisi susunan acara, barangkali seorang panitia pengajian itu tidak perlu repot memacu kendaraannya buru-buru. Lantaran, cepat-cepat ia musti menukarnya segera.

Adalah KH Ma’ruf Irsyad yang dikerjarnya hingga ujung gang jalan menuju rumahnya. Dengan lembut, pengasuh Pesantren Roudlatul Muta’allimin Kudus itu pun menanyakan, “ada apa mas kok tergesa-gesa begitu?”

Sebagaimana dilansir dari NU Online, KH Ma’ruf pun heran mendengar maksud dari seorang panitia itu. Pasalnya, sang kiai sudah merasa diamplopi.

Setelah mengetahui, KH Ma’ruf tersenyum saat mendengar amplop yang dibawanya berisi susunan acara. Pun lain cerita dengan Mbah Dullah Salam, KH Abdullah bin Abdussalam, Kajen, Pati.

“Di kampungmu sudah nggak ada orang feqir?” tanya Mbah Dullah sebagaima dikisahkan Gus Yahya.

Baca Juga Berita dan Informasi Gus Yahya Terbaru

Sontak membuat sang tamu kaget, lantaran ‘sedekah’ yang akan diberikannya mendapat jawaban demikian. Pun sang tamu mengatakan “yang di kampung saya insyaallah sudah semua, Mbah”

Sedekah itu memang disediakan untuk Mba Dullah, pengakuan sang tamu. Mbah Dullah pun kembali bertanya, “jadi, aku ini kamu anggap feqir?”

Melihat raut muka sang tamu, Mbah Dullah pun tersenyum. Ia seperti membebaskan sang tamu dari kecemasan yang nyaris membuatnya pingsan.

Mbah Dullah lantas meminta, untuk pemanfaatanya biar Mbah Dullah yang mengatur. Anggukan lemah sang tamu tak berselang lama disusul suara Mbah Dullah memanggil santri-santrinya.

Amplop pemberian tamu itu lantas diterima salah satu santrinya. Mbah Dullah memintanya untuk dibagikan ke teman-temannya.

“Lihat!” beliau berkata pada tamu, “duit sampeyan sudah bikin gembira anak-anak sebanyak itu!”

Baca Juga Jalan Sasak dan Kiai Mahfudz Shiddiq yang Sophisticated

Lain cerita dengan ‘tradisi amplop untuk kiai’ yang belakangan ini ramai. Entah bertujuan untuk apa.

Menarik ‘tradisi amplop untuk kiai’ sebagai perilaku korupsi atau, lidahnya memang sukar diatur bertutur teratur. Yang jelas, pidato itu melatuk kontroversi.

Arsul Sani yang harusnya santai-santai saja di kursi Senayan, kudu lekas menyusun kata-kata yang baik, bijak nan harum, mengucap maaf atas pernyataan junjungannya, Suharso Manoarfa.

Ahh, rupanya hanya ‘terpleset’ atau ‘slip of toungue’, bukan ‘this is real problem that we are fixing today’.

Ahmad Bonang Maulana

Penulis lepas. Tulisannya tesebar di ragam media cetak dan online baik nasional dan daerah. Saat ini tinggal di Jakarta.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button