Berita

Waketum PBNU Berharap LAZISNU Menjadi Penopang Kegiatan Sosial dan Investasi Sumber Daya NU

PERADABAN.ID, Jakarta – Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nusron Wahid, berharap LAZISNU menjadi penyokong berbagai kegiatan berbasis investasi sosial dan sumber daya manusia yang ada di dalam Nahdlatul Ulama.

“Kalau kita mengacu pada target dari Ketua Umum PBNU (Gus Yahya), LAZISNU diharapkan untuk menjadi penyokong dan penopong berbagai kegiatan sosial yang ada di dalam Nahdlatul Ulama,” kata H Nusron Wahid yang hadir secara online dalam Renstra LAZISNU, Sabtu (7/8/22).

Rencana strategis yang mulai disusun oleh PP LAZISNU merupakan bagian penting dalam rangka untuk melakukan sistematika tugas dan gerakan, “supaya hasilnya lebih optimal sesuai dengan misi PBNU 2022-2027”, imbuhnya.

Waketum PBNU sekaligus Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) itu menyatakan arahan ini berkaitan dengan tekad kebangkitan Nahdlatul Ulama memasuki abad kedua pada 16 Rajab 1444 H nanti.

“Ini adalah momentum 100 tahun kedua. Kita harus memberikan kado dan mempersiapkan diri. Apa yang harus kita berikan dan apa legacy (warisan) yang kita tinggalkan dan kita wariskan kepada generasi-generasi kita selanjutnya nanti”, terang pria kelahiran Kudus 12 Oktober 1973 itu.

Perihal kebangkitan kedua Nahdlatul Ulama ini nanti, PBNU sedang mempersiapkan setidaknya kebangkitan pada tiga hal. Yaitu kebangkitan intelektual, kebangkitan teknokrat dan kebangkita entrepreneurship.

Mungkin anda juga suka

“Nah ini semua membutuhkan dukungan dan kerja keras”, jelas Nusron.

Karena itu, Nusron Wahid mengingatkan, ketika menyusun rencana strategis daripada LAZISNU dalam rangka co-founding untuk pembiayaan program-program dari dana yang terkumpulkan tidak lepas dari visi Nahdlatul Ulama di kebangkitan kedua ini.

“Kita juga harus mensinergikan program-program besar NU. Bukan program-program yang berbasis atas dasar keinginan, tapi program berbasis atas dasar kebutuhan NU kedepan”,

Nusron Wahid menegaskan kebangkitan pertama adalah kebangkitan intelektual NU merupakan sebuah nash, keharusan, sebuah necessary condition, yang mau tidak mau harus kita lakukan. Karena kalau kita memasuki abad kedua ini tidak bangkit secara intelektual maka kita pasti akan tertinggal

Kebangkitan kedua yang perlu menjadi pertimbangan LAZISNU dalam menyusun skema rencana strategis adalah kebangkitan teknokrat.

“NU, selama 77 tahun Indonesia merdeka baru kuat di satu teknokrat, yaitu teknokrat di bidang pendidikan keagamaan, terutama di bawah payung Kementerian Agama”, paparnya.

Mungkin anda juga suka

Tapi, Nusron melanjutkan, kalau kita masuk energi, blank spot, masuk ekonomi, satu persatu hilang, masuk ke sektor pangan, hampir tidak ada. Padahal basis konsumen dan produsen pangan di Indonesia adalah petani, yang notabene adalah basis jangkar Nahdlatul Ulama.

“Setidaknya itu ada sepuluh sektor teknokrat yang dibutuhkan NU untuk mengisi pembangunan Indonesia di masa depan. Yaitu pertahanan keamanan, keuangan, energi, pangan, telekomunikasi, pendidikan, kesehatan, logistik, manufaktur dan infrastruktur.

Kebangkitan ketiga adalah kebangkitan entrepreneurship. Dalam hal ini Nusron menjelaskan, bahwa sejak kelahiran NU sampai setidaknya tahun 80-an warga NU itu adalah para pedagang, petani yang kaya-kaya, “itu yang membuat organisasi hidup”, tukas pria berusia 49 tahun itu.

Tapi, Waketum PBNU menyayangkan, munculnya manufaktur yang semua serba diindustrialisasi, makin banyak warga NU yang ekonominya terpinggirkan, sehingga banyak yang menjadi buruh, tukang dan kemudian wilayah-wilayah sektor enterpreneurship itu terpinggirkan.

Selain Waketum PBNU, renstra LAZISNU ini dihadiri pula oleh Ketua PBNU KH Chairul Shaleh Rasyid, Pengurus Pusat LAZISNU PBNU dan fasilitator dari CIMB Niaga, Ibu Laksmi Mustikaningrat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button