Berita

Tutup Gelaran Kongres, Ini Arahan Gus Yahya untuk Fatayat NU

PERADABAN.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf secara resmi menutup gelaran Kongres ke-16 Fatayat NU di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sumatera Selatan, pada Minggu (17/7/2022).

Di hadapan seluruh peserta yang hadir, Gus Yahya mengatakan bahwa PBNU telah menyusun skema keorganisasian yang komprhensif sekaligus integral. Untuk itu, sistem kaderisasi dan eksekusi agenda musti terhubung antara struktur kepengurusan dan Banom NU.

Baca Juga Berita dan Informasi Gus Yahya Terbaru

“PBNU telah membangun satu skema keorganisasian yang komprehensif dan integral, mulai dari keseluruhan struktur kepengurusan NU sampai dengan Badan-Badan Otonomnya,” tutur Gus Yahya.

Menurutnya, terdapat dua hal yang menjadi inti dari bersambungnya manajemen pengelolaan organisasi dan gerakan di lingkungan NU antara kepengurusan dengan Banom NU, yaitu kaderisasi dan eksekusi agenda.

“PBNU telah menyusun satu model kaderisasi atau pelatihan kader reguler yang ini nanti akan mengintegrasikan macam-macam sistem pelatihan kader reguler yang ada di Badan-Badan Otonom ke dalam satu-kesatuan bersama dengan sistem pelatihan kader di tingkat kepengurusan NU,” lanjutnya.

Dari pelatihan kader tingkat di lingkungan Fatayat NU akan setara dengan pelatihan tingkat menengah di dalam sistem kepengurusan NU. Sehingga, untuk masuk ke dalam struktur kepengurusan NU, tidak harus mengikuti dari tingkat dasar, akan tetapi langsung bisa mengikuti akademi kader tertinggi di lingkungan (Banom) NU.

Terkait peluang kaderisasi ini, Gus Yahya dengan tegas mengatakan bahwa dalam kepengurusannya sudah membuktikan kehadiran perempuan di dalam struktur NU tidak ada masalah. Justeru dia menilai, bahwa tanggung jawab dan pelaksanaan agenda tidak bisa mengindahkan keikutsertaan kepemimpinan perempuan.

“Hirarki pelatihan kader ini nantinya akan menjadi tulang punggung dari sistem meritokrasi di dalam struktur Nahdlatul Ulama. Karena itu saya sangat berharap, kepengurusan atau jajaran pimpinan Pusat Fatayat NU ke depan sungguh-sungguh memperhatikan konsolidasi dalam hal pelatihan kader yang terstruktur ini,” lanjut Gus Yahya.

Baca Juga Umi Uci Dorong Pendidikan Inklusi untuk Perempuan Disabilitas

Sedangkan terkait eksekusi agenda, Gus Yahya mengatakan bahwa struktur kepengurusan PBNU berdiri sebagai policy making, struktur pembuat kebijakan, meliputi penetapan agenda dan strategi diformulasikan oleh struktur kepengurusan NU.

“Di dalam pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan itu sendiri yang berupa agenda-agenda dan strategi pelaksana lapangannya, yang jalan di lapangan adalah Badan-Badan Otonom NU, termasuk Fatayat NU,” jelas Gus Yahya.

Dalam hal ini posisi Fatayat sangat penting dan dapat berperan aktif dalam mentransformasikan agenda besar PBNU. Menurutnya, PBNU telah menetapkan agenda besar yang harus ditransformasikan secara nyata di tengah masyarakat menjelang transisi usia NU di abad ke dua, terutama transformasi budaya dan mental.

“Nah dalam hal inilah, Fatayat NU akan menjadi aktor paling penting. Kenapa? Karena budaya ini menyangkut pendidikan yang paling awal. Tidak bisa tidak kita harus mengandalkan ibu-ibu sebagai elemen sosial yang paling fondasional, paling mendasar,” tegas Gus Yahya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button