Soal Salam Lintas Agama, Gus Yahya: Mari Beranjak dari Mindset Abad Pertengahan
PERADABAN.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahwa klaim semua salam termasuk ibadah adalah tidak tepat.
“Tidak ada ibadah dalam praktik salam. Tanya teman-teman Kristen, apakah salah sejahtera masuk dalam liturgi (peribadatan Kristen)?”, ujar Gus Yahya dalam Halaqah Ulama di Kantor PBNU Jakarta, Selasa (11/6).
Menurut Gus Yahya, salam yang sering digunakan dalam berbagai tradisi keagamaan tidak selalu dianggap sebagai bagian dari ibadah formal. Melainkan bisa menjadi tanda praktik kerukunan antarumat beragama.
Baca Juga
- PBNU Rencanakan Konferensi Internasional Pemuka Agama
- Terkait Izin Tambang untuk Ormas, Gus Yahya: Langkah Berani Jokowi Perluas Manfaat Sumber Daya Alam
Perihal salam lintas agama, Gus Yahya justru ingin menyoroti perubahan mindset kalangan ulama dan pemikir Islam soal lintas agama.
Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh itu menilai bahwa sebagian besar fuqaha masih terpengaruh oleh mindset abad pertengahan dan belum sepenuhnya menginternalisasi konsep Negara-Bangsa, dalam hal ini NKRI.
“Ke depan ini menjadi krusial lagi karena sekarang ini berbagai aktor yang sangat kuat bertarung melakukan mainstreaming dari gagasan-gagasan agar menjadi mindset dari masyarakat,” ungkapnya.
Baca Juga
- PBNU Menolak Disodori Konsesi Tambang yang Rugikan Warga
- Haji 2024, Gus Yahya Ajak Umat Islam Patuhi Regulasi Indonesia dan Arab Saudi
Gus Yahya mengajak semua pihak untuk berpikir jernih dan tidak terjebak dengan klaim yang dikaitkan dengan bagian dari fatwa agama.
“Gagasan yang asal-usulnya tidak jelas seperti sekularisme dapat menjadi bagian dari strategi mainstreaming yang mempengaruhi tokoh agama dan ulama untuk memberikan persetujuan, sehingga seolah-olah gagasan tersebut merupakan bagian dari agama,” tandas Gus Yahya.