Opini

Napak Tilas Mama Cibogo: Mengayuh Spirit Laskar Hizbullah

PERADABAN.ID – Konon di Ponpes Al Baqiyyatus Sholihat, Kampung Cibogo Bekasi, Romo Yai Ma`mun Nawawi, atau masyarakat setempat terbiasa memanggil beliau dengan panggilan Mama Cibogo.

Mama (Mama adalah istilah panggilan untuk sesepuh ulama atau tokoh laki-laki di tatar Sunda) menggembleng para Laskar Hizbullah di awal 1945 untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Mama Cibogo adalah santri kinasih Hadrtatus Syeikh Romo Kyai Hasyim Asy`ari, hingga mendapat tugas langsung untuk mengawal kemerdekaan bangsa ini dengan cara menggembleng spirit, mental Laskar Hizbullah di pesantrennya di Bekasi.

Satu yang menjadi ciri khas para ulama NU, sangat mencintai bangsanya, sangat mencintai Indonesia.

Baca Juga Car Free Day: Imajinasi Perjalanan “Musa” dalam Ansor Gowes

Pelatihan fisik Laskar Hizbullah dilakukan di perkebunan karet yang kala itu lokasinya masih di area pesantren, hanya berjarak sekira 20-30 meter dari makam Mama Cibogo. Sedangkan latihan mental dan spiritual di bangunan utama pondok.

Dan pada saat meletus peperangan di Surabaya dibawah komando Bung Tomo, Laskar Hizbullah yang berperang di sana banyak dari alumni pelatihan di Pesantren Cibogo.

Jelang hari lahir Gerakan Pemuda Ansor Ke-90, adalah ikhtiar kecil untuk menapak tilasi perjuangan Mama Cibogo, kami ingin menggembleng mental dan spririt kami untuk terus mencintai Indonesia, untuk terus menjadi bagian dari setiap episode bangsa ini. Bela Agama Bangsa Negeri dalam satu tarikan nafas.

Tidak hanya itu, dalam acara Gowes 90 KM GP Ansor, dari Kramat, Jakarta menuju Pesantren Mama Cibogo, spirit kami untuk terus meneladani bahwa tentang belajar dan menuntut ilmu, tentang kesungguhan untuk terus memaknai agama sebagai solusi bagi damai dunia.

Baca Juga 90 Tahun Gerakan Pemuda Ansor

Mama Cibogo adalah penunut ilmu sebenarnya, beliau bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) dengan predikat lulusan terbaik, setelah itu lalu pergi berguru ke Pesantren Plered, Purwakarta, pimpinan KH Tubagus Ahmad Bakri As-Sampuri atau Mama Sempur.

Selepas itu Kiai Makmun menuntut ilmu di Tanah Suci Mekkah dan berguru pada Sayyid Alwi Al-Maliki dan Syekh Mukhtar bin Atharid Al-Bughuri Al-Batawi Al-Jawi Al-Makki.

Berhenti sampai disitu? Tidak.

Sepulangnya dari Mekkah, Mama Cibogo belajar lagi ke Tebu Ireng, berguru pada Romo Kyai Hasyim Asy`ari, lalu ke Pesantren Jampes dan Lirboyo, Jawa Tengah; serta Pesantren Termas, Jawa Timur. Mama Cibogo lalu menekuni ilmu falak ke wilayah Jembatan Lima dan dibimbing langsung oleh Guru Mansur.

Dari situ kemudian, Mama Cibogo berguru ke ulama Betawi seperti Habib Usman dan Habib Ali Kwitang. Satu perjalan keilmuan yang mungkin susah ditandingi oleh santri manapun saat ini.

Perjuangan Bela Agama Bangsa Negeri

Spirit Gowes 90 KM GP Ansor juga mencoba untuk memaknai bahwa perjuangan untuk Bela Agama Bangsa Negeri harus pada pondasi kemandirian ekonomi yang kuat dan kokoh.

Kiai Raden Makmun selain menjadi pengajar keilmuan, menjadi penggembleng para Laskar Hizbullah untuk merebut kemerdekaan bangsa ini, beliau juga seorang wirausahawan yang handal, selain memproduksi banyak kitab-kitab, Mama Cibogo memproduksi bahan kebutuhan seperti kecap dan jamu-jamuan untuk membiayai perjuangan beliau.

Gowes 90 KM GP Ansor akan dilaksanakan pada hari Minggu, 21 April 2024. Secara serentak akan diikuti oleh ribuan pesepeda dengan rute: PP GP Ansor – Monas – Thamrin – Sudirman – Antasari – TB Simatupang – Pasar Rebo – Cibubur – Transyogi – Jonggol – Cibarusah.

Menapaktilasi perjuangan Mama Cibogo, meneladani semangat mencintai Indonesia dan mandiri secara ekonomi. Wa Ila Ruhi Romo Yai Ma`mun Nawawi, keturunan ke-12 Sunan Gunung Djati, keturunan ke-11 dari raja pertama Kesultanan Banten, Sultan Maulanan Hasanuddin. Yang memiliki nasab langsung kepada Nabi Muhammad SAW, lahul Fatihah.

Oleh: Afif Fuad Suadi, Badan Siber Gerakan Pemuda Ansor

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button