Opini

Mengapa GP Ansor Perlu Mempererat Hubungan dengan Vatikan?

PERADABAN.ID – Di antara sekian juta kader Ansor-Banser di seluruh dunia mungkin banyak yang penasaran dan menyimpan seribu tanya ihwal mengapa GP Ansor perlu menjalin hubungan dengan Vatikan, Sri Paus Fransiskus, Bapa umat Katolik?

Risalah ini coba membedah, baik tujuan utama maupun tujuan khusus dari kunjungan Bang Ketum Addin Jauharudin bersama Gus Sekjen Rifqi Al Mubarok dan para pemimpin Organisasi Kepemudaan (OKP) Lintas Agama ke Vatikan Agustus silam.

Kunjungan Ketua Umum GP Ansor bersama pemimpin organisasi kepemudaan lintas agama ke Vatikan untuk bertemu Paus Fransiskus pada 21 Agustus 2024 silam merupakan langkah strategis yang memiliki signifikansi multidimensional.

Baca Juga

Pertemuan tersebut, yang ditandai dengan penandatanganan deklarasi perdamaian Jakarta-Vatikan, mencerminkan implementasi konsep “dialog peradaban” yang dikemukakan oleh Samuel P. Huntington sebagai antitesis dari “benturan peradaban”.

Pertama, momentum kunjungan ini berkaitan erat dengan rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024. Hal ini menunjukkan upaya proaktif dalam membangun jembatan dialog antariman sebelum kunjungan bersejarah tersebut. Pendekatan ini sejalan dengan konsep “diplomasi track two” yang menekankan peran aktor non-pemerintah (non-state actor) dalam memfasilitasi hubungan internasional dan antaragama.

Kedua, inisiatif ini merefleksikan komitmen Nahdlatul Ulama (NU) terhadap persaudaraan lintas agama, sebagaimana ditetapkan dalam Muktamar NU ke-32 di Makassar 2010.

Baca Juga Pertemuan GP Ansor dengan Paus Fransiskus Mendapat Perhatian Media Internasional

Di samping itu, langkah ini merupakan kelanjutan dari upaya GP Ansor periode sebelumnya di bawah kepemimpinan Gus Yaqut dalam menjalin hubungan dengan Vatikan dan mempromosikan konsep “Humanitarian Islam”. Pendekatan ini sejalan dengan dokumen “Fratelli Tutti” yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus pada 2020, yang menekankan pentingnya persaudaraan universal dan solidaritas sosial.

Ketiga, upaya membangun kepercayaan (trust-building) dengan komunitas Katolik global merupakan implementasi dari konsep “soft power”. Sehingga GP Ansor, melalui langkah ini, berusaha meningkatkan pengaruh globalnya melalui pendekatan kultural dan ideologis.

Selain itu, dimensi generasional juga turut menyertai pertemuan ini, antara lain yang berfokus pada peran pemuda dalam membangun perdamaian dan dialog antaragama yang sejalan dengan dokumen “Christus Vivit” dari Paus Fransiskus (2019) yang menekankan peran vital kaum muda dalam Gereja dan masyarakat. Hal ini juga selaras dengan visi NU tentang peran pemuda dalam pembangunan peradaban, sebagaimana tercermin dalam berbagai program GP Ansor.

Baca Juga Deklarasi Jakarta-Vatikan Ditandatangani Paus Fransiskus, Gus Addin: Kita Akan Keliling Dunia Suarakan Perdamaian

Dalam konteks dokumen NU, khususnya hasil Muktamar ke-34 di Lampung (2021), terdapat penekanan pada pentingnya pemberdayaan ekonomi umat dan peran pemuda dalam pembangunan. Hal ini berkorelasi dengan encyclical “Laudato Si'” (2015) dari Paus Fransiskus yang menyoroti pentingnya pembangunan berkelanjutan dan keadilan ekonomi.

Lebih lanjut, inisiatif ini dapat dilihat sebagai manifestasi dari konsep “cosmopolitan democracy” yang diajukan oleh David Held, di mana non-state actor memainkan peran penting dalam tata kelola global dan dialog antarbudaya. Dengan melibatkan pemuda lintas agama, langkah ini juga mencerminkan teori “generational change” dalam studi perdamaian, yang menekankan peran vital generasi muda dalam transformasi konflik dan pembangunan perdamaian jangka panjang.

Baca Juga

Dokumen “Nostra Aetate” (1965) dari Konsili Vatikan II, yang menekankan penghormatan terhadap agama-agama non-Kristen, khususnya Islam, dapat dilihat sebagai landasan historis bagi dialog ini dari perspektif Katolik. Sementara itu, dari sisi NU, Resolusi Jihad 1945 dan konsep “Islam Nusantara” menjadi fondasi ideologis yang mempromosikan Islam yang damai, inklusif, dan kontekstual dengan budaya lokal.

Ala kulli hal, kunjungan Ketua Umum GP Ansor H Addin Jauharudin ke Vatikan merupakan langkah kompleks yang mencakup dimensi keagamaan, diplomatik, dan generasional.

Melalui inisiatif ini, GP Ansor mendemonstrasikan implementasi konkret dari konsep “Islam Nusantara” yang inklusif dan berwawasan global, sekaligus memposisikan diri sebagai mitra strategis dalam upaya global membangun perdamaian dan keadilan sosial. Hal ini sejalan dengan visi NU untuk menjadi organisasi yang “digdaya” (kuat dan berpengaruh) di abad kedua eksistensinya, dengan memainkan peran signifikan dalam pembentukan wacana global tentang agama, kemanusiaan, dan pembangunan peradaban.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button