Opini

Mempersenjatai yang Lokal, Milisi-Milisi yang Lebih Menguasai Medan

PERADABAN.ID – Konflik agraria, konflik yang melibatkan pertentangan antara warga lokal dengan oligarki itu, kini sudah terjadi di mana-mana. Konflik ini menjadi konflik yang sangat menyengsarakan komunitas akar rumput.

Berjuta hektare petak tanah warga dirampas bersamaan dengan beribu nyawa dipenggal untuk memuluskan perampasan lahan dan penghabisan sumber daya alam. Urut Sewu, Kendeng, Temon, Wadas dan Kalimantan Selatan adalah segelintir daerah yang digerus habis sumber dayanya, warganya dibungkam bahkan ditikam.

Daerah yang saya sebut terakhir misalnya, sudah sangat darurat. Menurut Ahmad Surambo dari Sawit Watch saat melaporkan konflik Kalimantan Selatan ke PBNU, Rabu (15/02/22), dia menyebut lebih dari 1.061 komunitas perkebunan sawit di Kalimantan Selatan punya konflik dengan oligarki dan 8.000 ha dirampas oleh komplotan Mafioso—yang keji dan koruptif.

Isu masyarakat tertindas sebenarnya sudah menjadi concern lama di PBNU sehingga keberpihakan terhadap kaum mustadh’afin jelas menjadi tanggung jawab NU.

PBNU melalui mandat Muktamar memiliki concern besar terhadap permasalahan kemasyarakatan. Mandat Muktamar mempertegas posisi NU dalam keberpihakannya terhadap warga masyarakat secara umum. Tanah yang sudah dikelola oleh rakyat selama bertahun-tahun baik melalui proses iqtha’ (redistribusi lahan) oleh pemerintah atau ihya’ (pengelolaan lahan), maka pemerintah haram mengambil tanah tersebut, begitu kira-kira bunyi keputusan Muktamar.

Properti Budaya

Nahdlatul Ulama didirikan dalam misi menghimpun simpul jama’ah. Simpul ini bersifat elastis. Ia mengikat namun longgar sekaligus. Pada lambang NU, ada simpul yang memutari sebuah medan laga; jagad pergulatan dalam mempertahankan kehidupan manusia secara universal. 

Baca Juga Jejak Mandat Peradaban

Jama’ah atau komunitas, akar rumput, dalam cara pandang peradaban, ialah basis properti budaya yang mengakar (cultural properties) dari sesuatu yang sudah lama diyakini, rahmatan lil’aalamiin. NU kemudian merapikan dan mempersenjatainya dalam kemasan modern: jam’iyyah diniyah ijtimaa’iyah. Karena itu, mereka yang lokal adalah milisi-milisi yang lebih menguasai medan.

Khidmah Nahdlatul Ulama adalah menyeimbangkan antara dimensi keagamaan dan kemasyarakatan. Sementara, diakui atau tidak, orang NU dari berbagai kalangan cenderung lebih bergairah terhadap dimensi keagamaan saja. Sedikit yang menaruh perhatian terhadap dimensi kemasyarakatan, solidaritas, kepedulian lingkungan dan ekonomi masyarakat.

Kecenderungan identitas keagamaan ini mengungkung konsentrasi orang NU terhadap persoalan peribadatan dan bungkus agama. Siapa yang lantang mengomentari isu identitas agama, dia dianggap sebagai yang paling NU. Sedangkan orang NU  yang mendorong bangkitnya kesejahteraan dan hajat hidup masyarakat, belum tentu mendapat label NU.

Dominasi pola pikir keagamaan semacam ini meminggirkan kapal NU, membuatnya terlampau sensitif terhadap isu-isu sektarian dan pertentangan antar mazhab belaka.

Baca Juga Ijtihad Ketahanan Ekonomi NU

Konflik agraria menjadi salah satu agenda besar khidmah Nahdlatul Ulama di periode Gus Yahya. Dalam melaksanakan hajat itu, dibutuhkan perubahan pola pikir masyarakat dengan mengorientasikan khidmah secara inklusif kepada masyarakat secara umum, tanpa pandang bulu, dan menanggalkan egoisme identitas.  

Dengan mengarahkan aktivisme NU supaya berorientasi kerakyatana, bergerak pada usaha penguraian masalah-masalah sosial dan ekonomi dan diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungkan sekitar.

Dalam usaha memperkuat sektor kemasyarakatan, perlindungan dan dukungan terhadap jama’ah atau komunitas akar rumput itu, Nahdlatul Ulama mempersenjatai mereka dengan ketegasan dalam menegakkan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan dalam menikmati hak hidup dan kemanusiaan secara universal. Sehingga, meminjam Savic Ali, Nahdlatul Ulama bisa menjadi rumah kembali buat mereka yang mungkin merasa tidak lagi punya tempat mengadu.  

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button