Berita

Ketua PBNU: NU Adalah Lokomotif Demokrasi di Indonesia

PERADABAN.ID – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketua PBNU) Savic Ali, mengatakan Nahdlatul Ulama mengalami fase pergulatan keindonesiaan yang signifikan di masa Gus Dur. Menurutnya, pada masa itu NU sudah menjadi lokomotif demokrasi di Indonesia.  

“Gus Dur merupakan sosok yang sangat memahami NU sebagai organisasi tradisional. Teori subkultur, memperlihatkan Gus Dur sangat memahami keunikan pesantren,” paparnya dalam Putcast Mojok.co, Selasa (7/9/2022).

Tapi, lanjut dia, Gus Dur juga sangat paham bahwa NU itu sebuah komunitas besar, organisasi besar yang bisa sangat signifikan untuk menggerakkan perubahan.

Direktur NU Online itu menguatkan konteks kepemimpinan PBNU di masa Gus Dur dengan mengisahkan pengalaman Robert W Hefner atau yang karib disapa Bob Hefner ketika menulis Civil Islam.

Mungkin anda juga suka

Buku Civil Islam yang ditulis Bob Hefner, menurutnya, mengambil sample penelitian di lingkaran Nahdlatul Ulama.

Nahdlatul Ulama semasa itu masih dipandang sepele oleh beberapa kelompok. Barat misalnya, melabeli NU sebagai organisasi muslim yang selalu dipandang tidak sejalan dengan demokrasi.

Selain itu, NU juga dianggap sebagai organisasi tradisional yang setengah feodal dan hierarkis yang tidak cocok dengan kesetaraan demokratis.

“Tetapi NU membuktikan mampu menjadi salah satu lokomotif demokrasi di Indonesia, dan Orde Baru tidak mampu sepenuhnya mempenetrasi Indonesia karena ada organisasi-organisasi seperti NU dan Muhammadiyah,” jabar Ketua PBNU di bidang pendidikan dan hukum itu.

Mungkin anda juga suka

Savic Ali menilai NU sebagai organisasi besar yang mempunyai figur pemimpin seperti Gus Dur bisa menjadi organisasi yang sangat progresif.

“Waktu itu saya kira seorang Gus Dur jauh lebih progresif dan jauh lebih punya nyali daripada rata-rata aktivis prodemokrasi pada saat itu, bahkan Gus Dur sebagai ketua NU dijadikan sebagai ketua Forum Demokrasi (ForDem),” kisahnya.  

Melihat pengalaman kesejarahan NU yang sudah terlibat jauh dalam pergulatan keislaman dan kebangsaan di Indonesia, Savic Ali meyakini peran NU sebagai Non-State Actor sangat berpengaruh dalam mengakomodir kepentingan umat dan bangsa.

“NU bisa menjadi “solidarity maker” bisa menjadi tempat bertemu, mempersatukan berbagai kelompok, dan teman-teman NU bisa menjadi penghubung,” pungkasnya.  

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button