Berita

Ketua Lakpesdam NU: Problem Besar Kita adalah Distribusi Sumber Daya

PERADABAN.ID, Jakarta – Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla, mengatakan setelah isu kebangsaan selesai, distribusi sumber daya kepada masyarakat adalah tantangan NU.

“Kita jangan berhenti hanya soal NKRI saja. Oke, NKRI harga mati, tapi so what?”, kata Gus Ulil

Mengenai isu kebangsaan yang dianggapnya sudah selesai, Gus Ulil mengisahkan bahwa NU mengalami evolusi.

Ia menambahkan dulu konteks nasional sudah dibereskan oleh Gus Dur, sekarang, saya berharap Nahdlatul Ulama masuk ke fase berikutnya, “bagaimana NU relevan dengan tantangan global,” imbuhnya.

Pengasuh Ghazali College itu mencoba mengajak masyarakat untuk berimajinasi besar tentang NKRI.

Mungkin anda juga suka

Karena, menurutnya, NKRI itu baru kerangkanya, tapi NKRI seperti apa yang mau kita imajinasikan ini yang menjadi pertanyaan besar.

“Misal, bagaimana kita mengimajinasikan Papua, masyarakat adat dan mengelola sumber daya alam yang tersebar di Indonesia”, kata penulis buku Menjadi Manusia Rohani itu.

Harapan Gus Ulil terhadap evolusi NU ini muncul dari kecemasannya akan benalu politik identitas yang kini banyak singgah di antara kelompok-kelompok masyarakat.

Ia menjelaskan bahwa polarisasi yang tidak sehat adalah polarisasi yang ujungnya tribalisme. Masing-masing orang bangga dengan kelompoknya tapi tidak ada dialog.

Mungkin anda juga suka

Menurutnya, polarisasi yang sehat adalah polarisasi yang menimbulkan diskusi, bukan debat kusir.

Ketua Lakpesdam sekaligus Dosen UNUSIA Jakarta ini menjelaskan kalau kita hanya berkutat dengan isu identitas akan terjadi pendangkalan pemikiran yang serius sekali, karena masyarakat hanya akan mengedepankan identitas, bukan gagasan.

Gus Ulil optimis kalau kita mengedepankan dialog dan gagasan kita punya imajinasi besar untuk bangsa ini.

“Terus terang imajinasi besar, mimpi besar itu mati, karena pilpers, pilkada, dan pernak-pernik yang kecil-kecil”, tungkasnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button