Berita

Gus Yahya Bongkar Visi Ulama Nusantara dalam Membangun Peradaban di Depan Delegasi Sekolah Tinggi Pertahanan Inggris

PERADABAN.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) bongkar visi ulama nusantara dalam membangun peradaban di depan delegasi Sekolah Tinggin Pertahanan Kerajaan Inggris atau Royal College of Defense Studies For Global Strategy Program.

“Nahdlatul Ulama didirikan oleh para ulama Indonesia saat itu yang, menyaksikan dinamika global dan perubahan peradaban yang akan terjadi,” ujar Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (20/5/24).

Gus Yahya menganggap para ulama NU memiliki visi mengantisipasi tantangan peradaban masa depan dengan mengembangkan kapasitas mereka untuk rintisan peradaban baru.

Keterlibatan para ulama yang tercatat dalam sejarah pembentukan NKRI adalah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pembentukan NKRI pada tahun 1945.

Baca Juga

“Mereka sepakat untuk membentuk negara-bangsa dan bukan negara Islam atau teokrasi. Ini merupakan model unik dan belum pernah terjadi sebelumnya di negara masyoritas Muslim lainnya yang muncul setelah Perang Dunia II,” jabar Gus Yahya.

Gus Yahya menegaskan NKRI dibentuk dalam kerangka negara-bangsa. Meskipun mayoritas penduduknya Muslim. Lain dengan negara-negara yang mendeklarasikan diri sebagai negara Islam atau Republik Islam.  

“Anda dapat melihat bahwa hampir semuanya telah ditetapkan sebagai negara Islam. Mungkin republik demokratis, tapi republic Islam atau kerajaan Islam. Namun Indonesia adalah negara kesatuan bangsa Indonesia, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak ada label agama apa pun di dalamnya,” tegasnya.

Baca Juga Prabowo-Gibran Halalbihalal di PBNU, Gus Yahya: Ini Halalbihalal Keluarga

Alumni Pesantren Krapyak Yogyakarta itu menilai visi para ulama NU adalah membangun tatanan peradaban global yang tidak lagi berkecamuk pada konflik dan persaingan militer yang berkepanjangan.

Mereka, lanjutnya, menginginkan dunia yang lebih stabil dan aman bagi semua orang, meninggalkan jauh-jauh sejarah persaingan identitas di masa lalu.

“Jadi, jika kita ditanya pertahanan seperti apa yang kita pikirkan, model strategi pertahanan seperti apa yang kita pikirkan, kita akan lebih memikirkan tatanan internasional daripada sekadar militer kita, kapasitas militer kita sendiri,” ungkapnya.

Baca Juga

Steve Dainton, Deputy Commandant Royal College of Defense Studies menjelaskan bahwa pihaknya tidak hanya fokus pada isu pertahanan, tetapi juga berbagai masalah lainnya.

Mereka mengumpulkan kelompok-kelompok militer senior, anggota pemerintah senior, industri, sektor amal untuk bertukar pikiran, ide, dan pendapat serta memahami ancaman yang dihadapi sebagai komunitas global.

Belasan delegasi dari Royal College disambut langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf didampingi oleh Wakil Ketua Umum PBNU H Amin Said Husni, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Sidrotun Naim, Wasekjend PBNU Mas’ud Saleh, Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor Addin Jauharudin, dan Kepala Satkornas Banser Hasan Basri Sagala.

Menariknya, para delegasi Royal College itu disambut oleh pasukan Banser sejak dari pintu gerbang halaman PBNU. Hal inilah yang membuat Steve Dainton beserta rombongan terkesan untuk melangsungkan pertemuan dengan Gus Yahya dan jajaran PBNU lainnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button