Berita

Ansor ‘Karomatik’, Jalan Khidmah Kang Nuri Menuju Khairunnas ‘Anfauhum Linnas

PERADABAN.ID – Bagi Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Ahmad Nuri, GP Ansor adalah organisasi karomatik dengan nilai-nilai yang sulit dinalar melalui rasio. Pernyataan itu, mengiringi alasan dirinya untuk terus mengambil jalan khidmah di GP Ansor.

“Saya memulai di Ansor dengan niat tabarukan dan khidmat. Ansor memiliki nilai karomatik yang sangat luar biasa, tidak bisa ditafsirkan pakai rasio semata, perlu suprarasional, afeksi atau proses mujahdah,” terangnya pada Rabu (5/6).

KH Fuad Halimi dan Abuya Muhtadi, terangnya, menjadi simpul pengikat yang mendorongnya terus berkhidmat di garis organisasi di bawah Nahdlatul Ulama (NU).

“Kamu khidmat di NU saja, sampai gepeng tetap di NU,” sambungnya meniru nasihat gurunya.

Baca juga:

Bagi Kang Nuri, bukan hal yang baru khidmat di NU dengan aktif di GP Ansor. Dirinya sudah menjadi bagian aktivitas kultural NU saat menempuh pendidikan di Jombang.

Pondok Pesantren Tebuireng, Universitas Darul Ulum, sampai dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah mengonstruksi dirinya berkepribadian dan berkarakter manusia NU. Artinya, keyakinan saat di GP Ansor, adalah proses kesinambungan panjang dan tidak putus dengan sebelum-sebelumnya.

“Melanjutkan khidmat setelah pulang dari PMII Jombang. Dan pada tahun 2001, dia mengabdi di GP Ansor Banten,” terangnya.

Menjadi organisasi karomatik, bukan berarti GP Ansor tidak mempunyai nilai sosial yang lebih organik dengan masyarakat. Justru bagi Kang Nuri, GP Ansor adalah ruang aktualisasi, baik personal atau kolektif.

“Setiap manusia, setiap kader, ada kegelisahan intelektual dan kegelisahan organisatoris. Ini menjadi kekuatan untuk menjadi bagian yang bermanfaat di tengah masyarakat,” katanya.

Baca juga:

Kang Nuri menyadur khairunnas ‘anfauhum linnas untuk menegaskan bahwa upaya-upaya untuk memberikan manfaat, perlu menjadikan GP Ansor sebagai intrumen persaudaraan sesuai mimpi besar bangsa Indonesia.

“Ansor adalah instrumen penting meraih persaudaraan di NU dan kelompok lain yang mempunyai satu frekuensi dalam memaknai visi kebangsaan dan keindonesiaan,” sambungnya.

Karena baginya, menjaga kebangsaan dan keindonesiaan adalah ajaran dan warisan para pendahulu pendiri bangsa dan para masyayikh. Pun dengan perubahan zaman, GP Ansor tumbuh luwes dan adaptif.

“Gelora Ansor terus beradaptasi dengan situasi lingkungan,” kata Ketua Korwil Banten – Daerah Khusus Jakarta PP GP Ansor 2024 – 2029 tersebut.

Dengan alasan-alasan yang demikian, dirinya tidak bisa mengukur nikmat yang ia dapatkan dari GP Ansor. Yang hanya bisa dilakukan, hanya ucap syukur kepada Allah.

“Saya menemukan khidmat luar biasa dan tidak bisa mengukur kenikmatan itu kecuali rasa syukur kepada Allah., karena saya telah menjadi bagian kader Ansor dan kader NU,” tegasnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button