Opini

Andil Keberpihakan Peradaban

PERADABAN.ID – Antara Bali dan Jogja, hilir-mudik kehadiran dan andil. Bukan untuk mengentaskan paket wisata berjibun diskon, tapi, untuk menghadiri lapak percakapan peradaban.

Dengan beragam ornament identitas yang menempel di baju yang dikenakan, warna kulit yang tak luntur sebab sengatan cuaca, mereka hadir dengan transparan, jujur dan tentu saja tersimpan di sakunya, gagasan-gagasan dan nilai universal kemanusiaan.

Taksiran ribuan peserta sekaligus panitia hadir di sana, dengan semangat yang sama; percakapan peradaban tidak boleh dilepaskan dari nilai kemanusiaan berkeadilan, terlepas dari jendela kepercayaan dan agama yang berbeda.

Magnet gagasan inilah yang kemudian banyak ragam kalangan bersikeras hadir dan menyaksikan. Titik sejarah – jika tidak berlebihan – telah dimulai. Satu helatan pemikiran tentang peradaban yang digagas Nahdlatul Ulama (NU) mampu menjadi daya tawar konseptual sekaligus taktis untuk langkah-langkah perdamaian ke depan di kancah global.

Mengutip Gus Yahya, gagasan tentang keadilan berdasar akhlakul karimah dan penghargaan atas hak dan martabat seluruh umat akan menjadi sebuah ghiroh tentang peradaban dunia.

Baca Juga

Pendapat yang ambisius ini ikut mendorong dan membakar semangat kehadiran untuk menyaksikan awal mula sejarah peradaban dimulai. Mungkin saja, para tokoh agama dunia, tokoh politik negara, hingga mungkin, juga media atau sukarelawan.

Beberapa hari dari layar-layar sentuh, sosial media dan sebagainya, penulis melihat dan menyaksikan bagaimana gagasan-gagasan itu dipertontonkan, bahkan tak jarang diperdebatkan.

Juga terlihat bagaimana, teman-teman saya di lapangan nampak berpeluh lebih dari biasanya. Tidak seperti ingin melewatkan satu helaian pendapat, atau bahkan, berapa menit tokoh agama pamit ke kamar mandi.

Mereka merekam dalam bentuk berita, mendokumentasikan dalam bentuk video, mengarsipkan melalui tulisan-tulisan kecil seperti caption.

Saya berpegang, bahwa peluhnya adalah bentuk andil keberpihakan, terhadap gagasan, terhadap tatanan kemuliaan untuk seluruh umat, untuk peradaban dunia; Liga Peradaban.

Ahmad Bonang Maulana

Penulis lepas. Tulisannya tesebar di ragam media cetak dan online baik nasional dan daerah. Saat ini tinggal di Jakarta.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button