Berita

33 Kutipan Terbaik Gus Yahya: Pandu Peradaban Abad 21

PERADABAN.ID – KH Yahya Cholil Staquf yang karib disapa Gus Yahya lahir 16 Februari 1966 di Rembang, Jawa Tengah, adalah tokoh penting dalam gerakan “Humanitarian Islam”. Sebagai salah satu pendirinya, ia berjuang merekontekstualisasi pemahaman Islam untuk mengatasi kebencian dan kekerasan atas nama agama. Visinya adalah mengembalikan prinsip Rahmah sebagai inti ajaran Islam.

Gus Yahya kini menjabat sebagai Ketua Umum PBNU (2022-2027), organisasi Muslim terbesar di dunia. Selama menjabat, Gus Yahya berkeinginan membawa kearifan Islam Indonesia ke panggung global. Upayanya menjadi antitesis terhadap pemahaman Islam yang cenderung galak dan represif yang telah mendominasi wacana global selama beberapa dekade terakhir.

Baca Juga

Berasal dari keluarga besar Kiai Bisri Mustofa, Gus Yahya menerima pendidikan Islam formal dan spiritual sejak kecil dari ayahnya, Kiai Cholil Bisri. Ia kemudian menjadi santri Kiai Haji Ali Maksum, Rais ‘Am Syuriah PBNU (1980-1984), di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak Yogyakarta.

Dilatarbelakangi oleh pemikiran yang progresif dan komitmen terhadap cakrawala peradaban, Gus Yahya telah menjadi tokoh sentral dalam memperkaya diskursus Islam kontemporer, khususnya dalam konteks pluralisme dan tantangan global.

Pemikirannya yang jernih dan tajam tercermin dalam berbagai kutipan yang inspiratif dan penuh makna. Berikut ini adalah 33 kutipan pilihan dari Gus Yahya yang menggambarkan visinya tentang Islam yang humanis, inklusif, dan relevan dengan tantangan zaman:

Baca Juga

  1. Pola pikir agama sebagai senjata politik harus diubah
  2. Moderat bukan menolak gaya beragama, namun bagaimana membangkitkan kesadaran untuk membangun konsensus global seluruh umat manusia menuju peradaban baru yang adil dan harmonis yang didasarkan pada penghormatan hak dan derajat antar sesama umat manusia.
  3. Dunia Islam harus memulai suatu pergulatan untuk mencari model yang baru bagi peradabannya sendiri.
  4. Satu-satunya harapan manusia untuk selamat dari kehancuran universal adalah akal-budi. Dan kehendak universal untuk meninggalkan kubangan sampah sejarah yang berlumuran lendir dan nanah dendam, membuka ruang hidup bersama demi masa depan bersama. Dan jika Tuhan menghendaki.
  5. Manusia akan terus-menerus bergulat untuk perubahan norma, untuk memperjuangkan perubahan standar nilai-nilai. Dan ini bukan cuma pergulatan wacana. Ini sudah menjadi pergulatan antar kekuatan politik juga, dan kadang menjadi alat penekan di dalam pergaulan antarnegara. Untuk waktu sekarang, persoalan paling mendasar bagi kita adalah bagaimana memiliki mindset (pola pikir) yang tepat untuk dunia yang sedang dan akan selalu berubah.
  6. Membangun peradaban adalah membangun manusia, memperbaiki kualitas lahir-batinnya dan memuliakan akhlaknya.
  7. Kau kira dunia seluas pengalaman lahir-batinmu, sedangkan engkau hanya sebutir di tengah padang pasir lahir-batin tak berperi.
  8. Nak, bergurulah kepada siapa saja yang apabila dilucuti semua atributnya tetap menjadi wibawa yang memaksa tengkukmu merunduk di hadapannya.
  9. Sampai hari ini agama masih menempati posisi sebagai bagian dari masalah. Ini penting dicari solusinya untuk mengakhiri agama dari posisi sebagai ‘bagian dari masalah’ tapi bisa menjadi ‘solusi dari masalah’.
  10. NU senantiasa memandang kesatuan dan persatuan bangsa sebagai bagian dari tanggung jawabnya.
  11. Kita harus mandiri dalam wawasan keagamaan, karena kita punya mandat peradaban.
  12. Ketika kau tak punya beban, kau akan cuek saja walaupun seluruh dunia mengancammu.
  13. Ialah yang punya cita-cita dan kebal ancaman kehilangan dalam perjuangan untuk mencapainya.
  14. Menurut Gus Dur, masalah itu ada dua macam. Ada masalah yang harus dipecahkan, ada yang pecah dengan sendirinya. Saya kira, demikian pula halnya dengan kumpulannya orang-orang. Ada yang perlu dibubarkan dan ada pula yang bubar dengan sendirinya.
  15. Beruntunglah mereka yang tidak melihat peluang untuk menjadi Tuhan dalam skala apapun. Barang siapa melihatnya, ia pasti mengejarnya. Nekad mencebur di perairan yang berbahaya.
  16. Ooo anakku, aku Nuh Ayahmu. Tidakkah telah kau baca di semua kitab suci, engkau tak akan selamat kecuali mengikutiku? Ini perahu kasih sayang. Layarnya tepa selira, aku membangunnya dengan air mata saat tak seorang pun percaya. Bahwa banjir kebencian akan melanda. Menenggelamkan semuanya.
  17. Harap dan gelisah, masa depan, gemuruh hari ini, masa lalu tak kebagian rindu.
  18. Menunggangi orang tidak waras untuk menggelembungkan ketidakwarasan umum adalah aksi terorisme yang luar biasa dahsyat.
  19. Anak muda, ambilah pelajaran dari orang-orang tua ini. Untuk apa kami menghabiskan umur. Dan apa yang kami hasilkan darinya.
  20. Bagaimana mungkin diharapkan adanya adab yang baik terhadap makhluk timbul dari orang yang jelek adabnya terhadap Khaliq? Tidak ridha atas ketentuan Tuhan adalah sejelek-jeleknya adab di hadapan-Nya.
  21. Ngasih label kafir kepada siapa pun boleh saja. Asalkan kafir dan non-kafir setara di ruang sosial politik.
  22. Bukan soal kau atau kami atau mereka atau kita. Ini dunia yang sulit. Kalau tak punya keyakinan diri dan tak tahu apa yang bisa disumbangkan untuk kemaslahatan semua orang, ya bisanya cuma mendekam atau ngamuk-ngamuk pada apa saja yang tak disukai. Para pemberani mengerti benar jati dirinya dan terus bergerak dengan besar hati untuk berbagi dengan siapa saja, karena prasangka baik kepada Tuhan. Badai macam apa pun bukan halangan.
  23. Emas itu logam mulia. Tapi emas yang oleh Musa Samiri dibikin patung pedhet untuk dijadikan tuhan palsu, itu nista. Segala apa pun, walau mulia dzatnya, jika difungsikan untuk agenda yang nista, kemuliaan dzat tak ada artinya
  24. Maka, kalau tak mampu membedakan antara logam mulia yang mulia dan logam mulia yang nista, ya nggak usah menabung emas. Nabung duit saja. Tak ada rupiah, dollar pun jadi.
  25. Ditengah dunia yang penuh dengan kesedihan orang lain ini, sendirian membuat kesedihanmu sendiri menjadi penting. Dan –kau tahu– bersedih itu tidak apa-apa. Tak perlu juga bertanya buat apa. Sedih ya sedih saja.
  26. Karena terlalu sulit untuk membuatmu kelihatan lebih baik darinya, engkau berjuang habis-habisan untuk membuatnya kelihatan lebih jelek darimu.
  27. Untuk bertarung melawan kenyataan, ngeles saja tidaklah cukup. Perlu dibangun dunia bayangan sebagai tempat mengungsi bagi para pengikut supaya selamat dari serbuan kenyataan yang menyakitkan. Di dunia baru itu, segala sesuatu diberi status baru dan didefinisikan ulang. Misalnya: agama adalah gerombolan politik dan rukun iman ditambah satu lagi yaitu beriman kepada Calon Presiden; teleprompter itu bukan benda melainkan khayalan gaib; luas berarti jumlah penduduk; dan seterusnya, bahkan “akal sehat” pun harus diberi makna baru, sehingga “gila” berarti istiqomah dan “waras” berarti munafik.
  28. Ilmu itu anugerah, bukan warisan. Watak adalah buah pergulatan, bukan bawaan keturunan. Berjuang memuliakan masa depan atau menggerutu dan gelap mata dalam kungkungan mental pecundang, adalah pilihan.
  29. Kepada orang-orang mulia aku berguru. Dari sejarah aku mengambil pelajaran. Guru-guruku menyuruh berjuang meraih kemuliaan. Sejarah mencegahku mewarisi peradaban pecundang.
  30. Bilamana semangkin yang mana kamu mengingkari daripada kenyataan maka akan semangkin apa namanya kejam daripada kenyataan itu mengolok-olok yang mana dirimu semangkin apa namanya sakit hati sampai dengan daripada menjadi gila.
  31. Saksikanlah kekuasaan sejarah, yang mampu memenjarakan selingkup peradaban berwarga lebih dari satu setengah milyar manusia kedalam ketololan yang sungguh tidak manusiawi. Seandainya bukan karena imanku, aku sudah kembali ke tempat tidurku dan bergelung menunggu ajal.
  32. Anggap saja kampanye politik itu sama dengan berdagang. Cuma soal jenis komoditi dan alat tukar. Haji sambil berdagang boleh-boleh saja. Hatta di masya’ir. Yang berhak untuk keberatan -kalau memang tidak terima— adalah Pemerintah Saudi Arabia, yang punya wewenang mengelola segala segi pagelaran ibadah haji dan memelihara ketertiban di wilayah pelaksanaannya.
  33. Merdeka bukanlah tujuan. Itu hanya wasilah untuk menjadi mulia. Selamat berjuang!

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button