Opini

Spirit Ansor Gowes: Mengayuh Sepeda, Mengawal Kemenangan Indonesia

PERADABAN.ID “Hijrah” dengan cara Gowes dari GP Ansor menuju Cibarusah ini juga sebagai simbol untuk mengingat bahwa penamaan Ansor saat didirikan, tidak lepas dari semangat kaum Ansor pada masa Nabi hijrah ke Madinah.

Setiap kelahiran pasti akan memunculkan babak baru, entah dalam waktu yang singkat maupun lama. Dari kelahiran tersebut, akan muncul sebuah perlawanan dan perjuangan yang diyakini akan bermuara pada suatu kemenangan.

Sekitar satu abad yang lalu, tahun 1924, K.H. Abdul Wahab Chasbullah mendirikan sebuah organisasi pemuda underbouw NU bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor. Tercatat dalam akta pendiriannya, 24 April 1934 pada saat Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, Gerakan Pemuda Ansor secara resmi didirikan.

Berdirinya Gerakan Pemuda Ansor dilandasi dengan spirit perjuangan, perlawanan dan nasionalisme yang terus berkobar setiap detiknya. Perjuangan dilakukan dalam bentuk perlawanan fisik terhadap kolonialisme dan juga perlawanan atas komunisme (Anam 2010:20; M.C. Ricklefs 2008:538).

Baca Juga Napak Tilas Mama Cibogo: Mengayuh Spirit Laskar Hizbullah

Menginjak usia ke-90 tahun, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor merayakan hari lahirnya dengan melakukan Gowes (bersepeda). Berangkat dari Kantor Pimpinan Pusat GP Ansor menuju makam Mama Cibogo di Cibarusah. Sebuah tempat yang menjadi kawah candradimuka yang telah melahirkan banyak pejuang kemerdekaan.

Bagi GP Ansor, Cibarusah menjadi titik balik dalam memperkokoh eksistensinya. Pada tanggal 28 Februari 1945, Laskar Hizbullah pertama kali menggelar latihan militer di Cibarusah. Banyak kader GP Ansor yang bergabung dalam latihan militer tersebut dan ikut terlibat bersama barisan Laskar Hizbullah dalam pertempuran November 1945 melawan sekutu.

Baca Juga 90 Tahun Gerakan Pemuda Ansor

“Hijrah” dengan cara Gowes dari GP Ansor menuju Cibarusah ini juga sebagai simbol untuk mengingat bahwa penamaan Ansor saat didirikan, tidak lepas dari semangat kaum Ansor pada masa Nabi hijrah ke Madinah. Yakni agar Ansor bisa menjadi kader dan penopang perjuangan NU dalam mengembangkan dakwah Islam di nusantara serta meraih kemerdekaan. Tentu dalam konteks saat ini, semangat itu masih terus dijaga dengan cara mengawal kemenangan Indonesia.

Ansor Gowes mengambil rute panjang dan berliku yang akan melalui 9 titik posko. Kesembilan titik ini bukanlah titik pemberhentian, melainkan tempat yang menjadi connecting dari titik keberangkatan menuju titik pemberhentian.

Sembilan titik posko ini mampu merefleksikan bahwa kebesaran dan kejayaan yang dimiliki GP Ansor saat ini tidak diraih secara instan, melainkan melalui proses panjang dengan rintangan berliku yang berat. Adalah suatu realitas, bahwa sejak berdirinya GP Ansor memang mampu hidup, eksis dan berkembang selama 90 tahun. GP Ansor menjelma menjadi organisasi besar dengan kemampuan daya adaptasi dan antisipasi yang mumpuni terhadap dinamika yang berkembang.

Baca Juga Car Free Day: Imajinasi Perjalanan “Musa” dalam Ansor Gowes

Rombongan peserta Ansor Gowes juga akan mengayuh sepedanya menembus barisan Car Free Day yang biasanya dilakukan oleh masyarakat. Gerakan Pemuda Ansor ingin menyematkan pesan dengan mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengayuh Indonesia Emas.

Rihlah panjang Ansor Gowes ini akan berakhir di Cibarusah. Setibanya di garis finish, rombongan Ketua Umum dan para peserta Ansor Gowes akan disambut dengan hadrah, tari sufi, dilanjut ziarah dan ngliwet bareng. Rihlah ini menggambarkan bagaimana peranan GP Ansor dalam sejarah bangsa, yang mana organisasi ini mampu mengembangkan ajaran Islam dengan tetap mempertahankan tradisi dan budaya.

Merujuk pada kaidah al-muhafadzatu ‘ala al-qadimi al-shalih wa al-akhdlu bi al-jadidi al-ashlah (memelihara hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik), strategi ini terbukti berhasil karena mengandung makna keberlanjutan di satu pihak, dan perubahan di pihak lain. Dengan cara ini, GP Ansor mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya sehingga dapat bertahan dalam tiap fase perjalanan sejarah Indonesia.

Oleh: Hendra Septiawan, Kader Ansor Jombang

Related Articles

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button