Berita

Rakornas LPBINU, Gus Yahya Gagas Ide tentang Sipritual Ekologis

PERADABAN.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan pentingnya pemahaman tentang spiritual ekologis sebagai kendaraan manusia dalam melihat alam.

“Gagasan spiritual ekologis adalah bagaimana agama sebagai kendaraan spiritual umat manusia melihat alam, lingkungan hidup ini dari sudut pandang spiritualitasnya. Itu berarti bahwa umat manusia ini tidak boleh melihat alam hanya sebagai objek eksploitasi, tetapi harus menjadi tanggung jawab untuk dipelihara, dirawat kemaslahatannya,” ujar Gus Yahya.

Gagasan itu disampaikan Gus Yahya ketika membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) di Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Jawa Barat, Sabtu (6/6).

Baca Juga

Gus Yahya menjelaskan bahwa ayat-ayat al-Qur’an, alam semesta besrsama dengan isinya diciptakan untuk kepentingan umat manusia. Akan tetapi hal tersebut bukan berarti manusia dipersilakan untuk mengeksploitasi.

Ini berarti bahwa kita diserahi tanggung jawab. Itu sebabnya manusia disebut sebagai khalifatullah fil ardhi, karena penanggung jawab atas bumi ini manusia. Maka kita harus bertanggung jawab dalam mengelola lingkungan hidup, lingkungan alam ini,” imbuh Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

Menurutnya, untuk melakukan hal itu, butuh pemikiran yang jauh lebih mendalam. Ia berharap LPBINU menghasilkan produk macam-macam yang nantinya bisa sampai kepada bagaimana wawasan tanggung jawab lingkungan hidup.

Baca Juga

“Ini bisa masuk dalam kurikulum lingkungan sekolah dan madrasah-madrasah kita, kurikulum pesantren kita bagaimana supaya masalah tanggung jawab terhadap lingkungan ini menjadi tema di dalam kegiatan dakwah kita. Bagaimana ini masuk ke dalam pelatihan kurikulum kader NU dan seterusnya, ini masalah yang mendasar sekali,” paparnya.

Sehingga, menurut Gus Yahya, ketika suatu saat nanti terjadi lagi bencana itu tidak ada kegugupan, tidak ada hal yang luput dari perhitungan, karena semua sudah direncanakan dengan baik penanggulangannya.

“Kemudian kedua tentu saja masalah penanggulangan sesudah bencana itu terjadi bagaimana, nah ini tidak kalah kompleks nya, karena ini menyangkut juga mobilisasi sumber daya,” pungkasnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button