Opini

Mimpi Satu Aplikasi

Kami tidak melakukan kesalahan apa-apa, tapi bagaimana kami bisa kalah.

Stephen Elop

PERADABAN.ID – Kalimat nelangsa di atas diucapkan CEO Nokia Stephen Elop setelah perusahaannya yang bernama Nokia, dipindahtangankan ke Microsoft.

Kisah tragis itu tak pernah terbayangkan sebelumnya. Perusahaan raksasa, di mana setiap orang pernah hampir memegang produknya.

Orang yang mungkin dengan tega membunyikan notifikasinya, hanya untuk memberitahukan dirinya sedang menggunakan handphone merek Nokia, atau meloudspeaker bunyi soundnya hanya untuk mengabarkan kalau yang bersangkutan sedang berkomunikasi melalui Nokia. Dan kini, jatuh ke bawah sedalam-dalamnya.

Baca juga:

Haji, Janji Hati Pada Ilahi: Sebuah Catatan Kaki Petugas Haji
Untuk Para Pelayan Tamu Allah

Analisis mulai muncul: Nokia tidak bisa adaptasi terhadap perkembangan teknologi. Alasan ini mayor. Utamanya bagi orang awam untuk mengetahuinya.

Semuanya seolah membenarkan apa yang dibilang guru kami, bahwa untuk menjadi baik cukup diam saja. Tapi agar bisa bermanfaat, dibutuhkan perjuangan.

Lalu apa yang bisa dipetik dari peristiwa ini? Tidak ada kecuali kita semua yang masih hidup kudu terus bergerak, berubah, dan tidak cukup berbuat baik tanpa kesalahan.

Dan semangat ini yang kemudian dijadikan rujukan setiap manusia, lembaganya, lalu organisasinya dan lingkungannya. Mereka kalau tidak adaptif, kendati tak pernah membuat kesalahan, pun akan kalah. Tenggelam dalam lautan perubahan.

Benar juga, nyaris semua instansi dan manusianya mengupgrade kapasitas dan kemampuannya mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah membuat sistem berbasis elektronik. Komunitas-komunitas mengaitkan dirinya dengan teknologi. Termasuk juga sekarang, apa yang dilakukan oleh Gerakan Pemuda Ansor.

Dialektika dengan realitas, membuatnya harus merekonstruksi semua bagan nilai, program dan blueprint organisasi. Perubahan zaman, harus dijawab dengan relevansi nilai perjuangan. Bahkan, harus menyempurnakan kesemua perangkatnya agar tidak tertinggal.

Baca juga: Eco-Anxiety dan Ansor Hub

Integrasi pelayanan program dengan kebutuhan masyarakat dibungkus dalam satu ikatan aplikasi. Aplikasi besar yang merangkai sel-sel program GP Ansor untuk memenuhi kebutuhan kader dan masyarakat.

Satu aplikasi yang sebenarnya menyentuh anak muda: pemilik separuh lebih rumah demografis. Aktor utama dalam kekaribannya dengan digital untuk membangun kemajuan Indonesia.

Pun demikian aplikasi ini dibangun. Menjadi ruangnya anak muda menyalurkan kreativitasnya, pemikirannya, dan talentanya. Menjadi pelopor dari kepemimpinan anak muda. Serta aktif membangun diskursus konstruktif terkait politik, sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan kelompok rentan.

Dan tak cukup jika pelayanan aplikasi tanpa dibarengi model pembelajaran kebutuhan yang terukur. Pendidikan dan pelatihan, informasi pekerjaan, konsultasi hingga informasi keagamaan. Disebutnya Sahabat Indonesia Application atau SIApps.

Ahmad Bonang Maulana

Penulis lepas. Tulisannya tesebar di ragam media cetak dan online baik nasional dan daerah. Saat ini tinggal di Jakarta.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button