Opini

Kain Furing

PERADABAN.ID – Di bagian dalam baju jas, ada kain pelapis busana tipis yang dalam bahasa penjahit disebut furing. Dalam bahasa Arab, rangkapan busana bagian dalam ini disebut bithanah.

Dia tidak kelihatan, tapi cukup menentukan penampilan baju. Kain rangkapan itu dipilih untuk merapihkan busana luar agar terlihat lebih elegan.

Dengan pengertian itu, semacam telik sandi, bithanah lalu diusung ke dalam bahasa politik untuk mengenali mereka yang berada di belakang penguasa atau pemimpin.

Sultan, kaisar dan presiden mempunyai orang-orang dekat yang dipercaya. Mereka dipilih berdasar pada kapasitas yang dimiliki.

Sebagian bithanah ditempatkan pada posisi strategis, ada karena satu dan lain hal memang tidak dimunculkan sebagai pembantu resminya.

Mungkin anda juga suka

Peran kedua ini memang tak nampak tapi begitu menentukan. Mereka tak nampak saat penguasa itu sedang berkuasa, begitu halnya tak nampak ketika penguasa itu tidak lagi berkuasa.

Kadang, bithanah sering dilibatkan sebagai pembantu resmi. Seperti Haman adalah bithanah Fir’aun sekaligus pembantu resminya, begitu pula ketika menjabat Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser memiliki orang yang bermain di belakang yang mashur dengan sebutan ad-Dubbaath al Ahraar, perwira-perwira kemerdekaan, seperti Anwar Sadat.

Hemedti sebagai pemain di belakang Omad Al Bashri, Ali Murtopo dan Sudjono Humardani adalah bithanah Soeharto yang kemudian dijunjung untuk mengurusi kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa di jabatan Menteri Penerangan.

Konon, posisi bithanah membuat orang iri. Mereka yang menjadi bithanah adalah makhluk beruntung.

Mungkin anda juga suka

Keberuntungan yang didapat tidak hanya berupa materi, namun mereka juga bisa menitipkan kebijaksanaan yang berdampak bagi orang banyak tanpa harus bertanggung jawab, kecuali tentu saja kepada Allah.

Bila penguasa gagal tidak ada orang yang menyalahkannya, meski ketika berhasil mereka tidak begitu bahagia apalagi diingat karena perannya memang tidak nampak.

Sejarah banyak mencatat kegagalan dan kesuksesan pemimpin, namun hampir tidak pernah mencatat peran berpengaruh bithanah. Hidungnya tajam, tahu arah angin, dan kakinya mbegagah, satu berpijak di sini dan satu berpijak di sana.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button