Berita

Gus Yahya Tandai 4 Pergeseran Mendasar yang Ubah Peradaban Manusia

PERADABAN.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menandai empat pergeseran mendasar telah mengubah wajah peradaban manusia secara keseluruhan.

“Kita dapat menandai empat perubahan mendasar, yaitu perubahan tatanan politik internasional, perubahan demografi dan kewarganegaraan, perubahan dalam norma baku (‘urf), dan globalisasi,” kata Gus Yahya dalam Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (13/2/2023),

Pertama, mari kita bicara tentang masalah perubahan sistem politik global. Hampir setiap bangsa atau kerajaan di masa lalu memiliki identitas keagamaan yang berbeda. Saat ini, identitas nasional sebagian besar telah menggantikan identifikasi agama di negara-negara yang ada.

“Dulu tidak ada rezim perbatasan antar negara, sehingga hubungan antar negara selalu terjadi dalam konteks interaksi militer,” lanjutnya.

Baca juga:

Kenyataannya, lanjut Gus Yahya, negara-negara yang secara fisik dekat satu sama lain seringkali terjebak dalam konflik yang tidak pernah berakhir di ujung kemampuan militer masing-masing.

Kedua, kiai asal Rembang ini menyebutkan perubahan kewarganegaraan dan demografi. Orang lebih sering melintasi perbatasan internasional sebagai akibat dari aspirasi dan koneksi bisnis. Akibatnya, berbagai daerah mengembangkan profil demografis yang sangat berbeda.

Keberagaman tersebut, lanjutnya, dibuktikan dengan meluasnya jumlah komunitas Muslim yang cukup besar di tempat-tempat yang sebelumnya hanya berpenduduk non-Muslim, seperti di Eropa, Amerika, dan daerah lainnya.

“Di masa lalu, setiap negara atau kerajaan menggunakan identitas agama, dan status kewarganegaraan juga didasarkan pada identitas agama penduduknya,” imbuhnya.

Baca juga:

Gus Yahya mengklaim bahwa mereka yang menganut kepercayaan selain agama resmi sering menghadapi penganiayaan atau paling tidak diperlakukan sebagai warga negara kelas dua. Berbeda dengan hari ini, negara menerima afiliasi agama warganya.

“Saat ini, dengan dibukanya identitas agama, negara mentolerir pluralitas identitas agama di kalangan warganya,” lanjut Jubir Presiden Abdurrahman Wahid tersebut.

Ketiga, jelasnya, adalah modifikasi terhadap kaidah-kaidah yang diterima (‘urf). Tantangan hak asasi manusia termasuk perbudakan, kolonialisme, diskriminasi, dan lainnya pernah menjadi norma yang diterima. Menurut norma yang berlaku saat ini, masalah ini adalah kejahatan.

Menurutnya, praktik pelanggaran hak asasi manusia yang diperbolehkan di masa lalu sekarang umumnya dianggap sebagai kejahatan.

Baca juga Berita dan Informasi Gus Yahya Terbaru

Keempat, ia menegaskan bahwa batas fisik, termasuk batas geografis dan batas politik internasional, menjadi kurang signifikan dalam dinamika sosial akibat globalisasi yang didorong oleh kontak ekonomi dan kemajuan teknologi.

Seiring dengan perkembangan tersebut, lanjut dia, masyarakat dunia masih berjuang untuk menggagalkan berbagai ancaman konflik, baik yang ditinggalkan oleh peradaban kuno maupun yang merupakan hasil dari dinamika politik kontemporer.

 “Yang jelas perjuangan masyarakat internasional dalam hal ini difokuskan untuk mencegah terulangnya kembali perang-perang besar seperti perang dunia pertama dan kedua,” tegasnya. (IB)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button