Berita

Gus Yahya: Perjanjian PBB Sudah Disepakati Sebagai Landasan Syari’at Tentang Perdamaian

PERADABAN.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan bahwa perjanjian PBB sudah menjadi landasan syari’at tentang kenapa kita tidak boleh memusuhi kelompok yang berbeda.

Pernyataan itu merupakan hasil Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang disampaikan Gus Yahya dalam Seminar Nasional Prospek dan Tantangan Fiqih Peradaban sebagai Solusi Krisis Tata Dunia Global di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, Senin (27/3).

Gus Yahya menilai perjanjian PBB sudah menjadi landasan syari’at tentang kenapa kita tidak boleh bermusuhan dengan kelompok yang berbeda.

“Perjanjian PBB adalah landasan syariat tentang kenapa kita tidak boleh bermusuhan dengan kelompok yang berbeda,” kata Gus Yahya.

Baca Juga

Di sisi lain, Gus Yahya berharap wawasan terkait perjanjian PBB ini bisa dikembangkan dan dikemas dalam produk yang kita perlukan untuk saat ini.

“Wawasan terkait dengan PBB bisa dikembangkan lebih lanjut dan dijabarkan kedalam berbagai produk akademik yang kita perlukan. Misalnya termasuk di dalamnya bahan-bahan ajar untuk anak-anak kita. Karena belum ada sampai sekarang,” jelasnya.

Terkait bahan ajar, Gus Yahya resah akan pengalaman masa kecil dan sampai sekarang yang dirasa bahan ajar pendidikan Islam itu belum ada yang menyentuh pada wacana alternatif. Tidak berubah dari dulu.

Baca Juga Temui Presiden, Gus Yahya Laporkan Tindak Lanjut Rangkaian Peringatan Satu Abad NU

“Bahan ajar anak-anak kita itu, saya dari dulu di madrasah diniyah, sampai anak-anak saya itu ngajar tarikhnya itu khulasoh nurul yaqin yang isinya akuntansi perang, mati berapa, ditahan berapa, ghonimahnya berapa, belum ada sekarang bahan ajar alternatif,” tutur Gus Yahya.

Pentingnya bahan ajar ini, menurut Gus Yahya untuk mengubah pola pikir masyarakat yang masih berkecenderungan konflik.

“Kalau sekarang orang masih punya kecenderungan konflik ya gimana, orang bahan ajar sama saja dari dulu, dan belum ada bahan ajar alternatif karena belum ada landasan syar’i bagi wacana alternatif soal ini,” jelas kiai alumni Sosiologi UGM itu.

Baca Juga

Dengan demikian, Gus Yahya berharap bahan ajar alternatif bisa dikerjakan secara lebih militan untuk visi perdamaian kedepan yang tidak hanya pemanis mulut belaka.

“Kita harapkan mulai dari sini kita bisa kerjakan semua yang kita perlukan ini sampai menjadi bahan ajar untuk anak-anak kita sehingga kedepan visi perdamaian itu tidak hanya menjadi percakapan di antara elite, bukan hanya mulut manis di antara imam dan pendeta saja tapi betul-betul menjadi hidup bagi umat beragama,” tandas Gus Yahya menandaskan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button