Sukacita Ansor Menyambut Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia
PERADABAN.ID – Pemimpin tertinggi umat Katolik Paus Fransiskus akan berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September. Menjadi salah satu simbol perdamaian dunia, GP Ansor menyambutnya dengan penuh sukacita.
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Gus Addin Jauharudin bahkan mempersiapkan Banser untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus.
“Jika memungkinkan kemudian kedatangan Paus ini, pihak keamanan yang terlibat dalam mengamankan kalau TNI Polri kan oke, tapi juga kalau bisa dilibatkan pasukan Banser, kalau Kristen kan punya Brigade Sena, Pemuda Muhammadiyah Kokam,” ucapnya.
Kalau sisi TNI dan Polri, menurutnya, menunjukkan sisi keamanan kepala negara. Sementara, sayap-sayap organiasi sebagai simbol dari perdamaian masyarakat Indonesia.
“Kita ingin menegaskan inilah etalase kebhinekaan Indonesia. Kalau yang muncul sayap-sayap organisasi ini akan terlihat indah sekali,” tambahnya sambil menunggu konfirmasi dari pihak Vatikan.
Baca juga:
- GP Ansor Siapkan Tur Perdamaian dan Sekretariat Lintas Iman Asia Pasifik Setelah Kunjungan ke Vatikan
- 3 Ribu Warga Palestina Manfaatkan Instalasi Air Bersih Bantuan NU Care-LAZISNU
Gus Addin juga mengatakan bahwa upaya-upaya perdamaian ini sudah dilakukan oleh para pendahulu. Ia menyebut nama Gus Dur, Frans Magnes Suseno dan Syafii Maarif sebagai pejuang kemanusiaan.
“Kita berharap ini gak mati, tokoh-tokoh ini harus diteruskan perjuangannya,” imbuhnya.
Addin juga mengutip perkataan sahabat Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib. ”Jika kita bukan saudara seiman, kita adalah saudara dalam kemanusiaan,” ucap Addin mengulang perkataan Ali bin Abi Thalib.
Saat berkunjung ke Vatikan bersama dengan organisasi kepemudaan lintas iman di Indonesia, Addin menyampaikan bahwa di Indonesia terjadi perjumpaan antara adat dengan agama, lalu tersublimasi melalui Pancasila yang sangat susah ditemui di negara manapun.
“Mudah-mudahan cara beragama di Indonesia ini menjadi cara pandang Paus dalam melihat kerukunan umat beragama. Kalau melihat di Timur Tengah, di Eropa, banyak terjadi kekacauan juga seperti Islamphobia,” katanya.
“Itulah yang kemudian, entah namanya apa, tapi kalau di kita kira-kira, bagaimana platform Pancasila menjadi cara pandang seluruh bangsa dan negara di dunia,” pungkasnya.