Berita

Kemenag Siapkan 3 Terobosan Canggih untuk Haji Lebih Baik

PERADABAN.ID – Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) dari Kementerian Agama, Hilman Latief, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan 3 terobosan canggih untuk haji yang lebih baik.

Hal ini ditunjukkan dengan usahanya dalam melakukan studi teknis yang mendalam untuk merancang ulang skenario penyelenggaraan haji di tahun-tahun mendatang agar menjadi lebih baik.

“Saat ini, kami sudah pada tahap akhir pemulangan jemaah haji melalui Bandara Jeddah. Kami telah mempelajari berbagai aspek terkait penataan dan perbaikan penyelenggaraan haji untuk tahun-tahun berikutnya,” ungkapnya saat mengamati proses pemulangan jemaah di Bandara Jeddah pada Selasa (28/7/2023).

Hilman menyatakan bahwa setidaknya ada 3 aspek teknis penyelenggaraan haji yang akan ditinjau dan dirancang ulang. Pertama, adalah masalah jadwal keberangkatan dan kepulangan jemaah. Menurutnya, ini berkaitan erat dengan pengaturan jadwal penerbangan pesawat.

Baca Juga

“Kami sedang merancang jadwal pesawat dan ritme penerbangan jemaah, apakah harus dilakukan secara bertahap, naik turun, atau merata, semuanya sedang kami kaji,” jelasnya.

Kedua, adalah durasi tinggal jemaah di Makkah dan Madinah. Kementerian Agama menerima mandat khusus dari Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, untuk melakukan peninjauan ulang terkait hal ini. Hilman menjelaskan bahwa Menag berharap waktu tinggal jemaah di Saudi Arabia bisa dipersingkat, tetapi tetap mematuhi regulasi yang berlaku di Saudi.

“Sebagaimana arahan dari Menag, kami dari Ditjen PHU diminta untuk merancang ulang masa tinggal jemaah di Madinah dan Makkah. Jika memungkinkan, waktu tinggal tersebut akan dipersingkat. Tetapi, tentu saja, kami harus mematuhi regulasi Saudi Arabia,” ucap Hilman.

Baca Juga

Ketiga, adalah pelayanan jemaah di saat puncak haji atau Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), yang menurut Hilman merupakan layanan utama yang harus diperbaiki. Untuk mencapai hal ini, pihaknya akan membentuk tim khusus dan akan terus berkomunikasi dengan pemerintah Arab Saudi.

“Yang paling penting adalah menghadapi prosesi Armina atau Masyair. Kami sedang merancang ulang hal tersebut, dan ini akan ditangani oleh tim khusus. Semoga ke depannya bisa menjadi lebih baik,” ujarnya.

Hilman menegaskan bahwa Kementerian Agama juga akan berkoordinasi dengan pemerintah Saudi Arabia, karena segala langkah yang akan diambil harus sesuai dengan regulasi yang diberlakukan oleh pemerintah Arab Saudi.

Mengenai hasil investigasi bersama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Arab Saudi terkait kinerja Mashariq yang tidak optimal dalam memberikan layanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina), Hilman menyatakan bahwa laporan yang diterima hingga saat ini hanya berkaitan dengan keterlambatan penjemputan di Muzdalifah selama 3 jam. Namun, hasil investigasi secara keseluruhan masih menunggu laporan resmi dari pihak Arab Saudi.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button