Berita

Kasus David, Gus Ulil: Fenomena “Banality of Evil”

PERADABAN.ID – Cendikiawan Nahdlatul Ulama (NU) Ulil Abshar Abdalla menyebut fenomena penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo sebagai fenomena “the banality of evil”.

Penulis artikel Merawat Demokrasi ini menyadur ulasan Hannah Arendt kaitannya dengan motif Adolf Eichmann dalam peristiwa kejahatan kemanusiaan di masa lalu. Menurutnya, peristiwa keji ini tidak memerlukan motif ideologi, agama, rasisme dan sentiment lain yang bersifat “intense”.

“Kekejian ini mengingatkan saya pada analisa lama dari filsuf Hannah Arendt. Ia pernah menulis tentang fenomena yang ia sebut “the banality of evil”, kejahatan yang menjadi “remeh-temeh”,” tulis Gus Ulil dalam akun twiternya.

Seorang, lanjutnya, melakukan kekerasan yang bisa menghilangkan nyawa orang lain hanya karena “laporan” cewek yang dipacarinya, salah satu bentuk kejahatan yang dipicu hal remeh, tak masuk akal.

“Dalam situasi seperti ini, kejahatan yang amat sadis dilakukan oleh seseorang dengan begitu ringan, seolah-olah seperti kegiatan sehari-hari yang dikerjakan secara mekanistis, tanpa melibatkan pikiran dan renungan yg panjang; seperti kita menyantap bakso saja,” lanjutnya.

Motif Agnes (pacar Mario/pelaku) terlibat dalam kekerasan ini, merujuk pendapat dari warganet, tak lebih dari hasrat sesorang agar diakui eksistensinya. Agnes membutuhkan pengakuan cinta dari Mario dengan menginginkan validasi, menjadi seseorang yang penting.

Baca juga:

“Jika motif validasi itu benar, ini menambahkan misteri yang lain. Apakah demi motif yang sederhana ini, seseorang bisa melakukan kekejian dan sadisme? Di sini, tampak adanya gejala “de-sensitisasi”: seseorang kehilangan perasaan yang lazim sehingga mampu melakukan sadisme,” kata Gus Ulil.

Menurutnya, ketika seseorang sudah mengalami “de-sensitisasi”, dia kehilangan perasaan yang semestinya ada pada manusia umumnya.

“Dia melakukan kebrutalan seperti melakukan kegiatan sehari-hari: seperti mandi dan sikat gigi saja. Tak ada “sense of remorse”.” Gus Ulil melanjutkan.

Ketua Lakpesdam PBNU itu juga mengajak agar peristiwa ini direnungkan, kenapa kekerasan/sadisme bisa merosot menjadi hal yg “banal”.

“Apa yg terjadi di masyarakat kita sehingga ada orang-orang yang kehilangan akal sehat dan perasaan yang wajar hingga melakukan sadisme? Saya tidak tahu jawabannya. Tapi ini layak direnungkan,” tegasnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button